Meski Bapak dan Ibu Ewang hidup pas- pasan dan bukan dari keluarga berada, tetapi mereka tetap menganggap Gladys (10 tahun) seperti anaknya sendiri. Mereka begitu mencintai dan memperlakukan Gladys sama seperti anaknya sendiri. Sayang, Gladys justru membuat mereka sedih karena perilaku buruk yang dimilikinya.
Ibu kandung Gladys menyerahkannya untuk diasuh Bapak dan Ibu Ewang semenjak Gladys masih berusia satu bulan karena menjadi TKW di Singapura. Bapak Ewang bekerja sebagai buruh bangunan dan serabutan, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga.
Gladys sudah mengetahui kalau dirinya bukanlah anak kandung. Sayangnya dia justru menjadi anak yang tidak jujur, tidak taat, malas belajar, bahkan suka mencuri uang bapak dan ibu Ewang.
Baca juga : Memilih Mengikut Yesus Setelah Mendengar Suara Tuhan
GMIT Kota Kupang tempat Keluarga Ewang beribadah ini bekerja sama dengan Yayasan Cahaya Bagi Negeri (CBN) untuk menyelenggarakan School of Life (SOL). Bapak serta Ibu Ewang berharap banyak saat Gladys diikutsertakan dalam program ini. Dan puji Tuhan, sejak mengikuti SOL Gladys mengalami perubahan dalam hidupnya.
Ini semua dimulai pada saat Gladys belajar firman Tuhan melalui Superbook di SOL. Saat itu dia terkesan dengan kisah Sepuluh Perintah Allah. Lewat kisah tersebut, Gladys belajar untuk harus menghormati dan tidak menyimpan dendam kepada orang tuanya.
Saat ini Gladys menjadi taat, mau menolong orang tua mengerjakan pekerjaan rumah seperti: cuci piring, membersihkan rumah, memasak, menjaga kios. Dia juga tidak mencuri lagi, jujur, dan nilai pelajaran di sekolahnya mengalami kenaikan. Bila ada tugas dari sekolah, dia langsung mengerjakannya tanpa harus diperintah. Gladys juga semakin giat membaca Alkitab dan berdoa.
Perubahan pada diri Gladys ini membuat Bapak serta Ibu Ewang sangat bersyukur kepada Tuhan. SOL menolong mereka dalam mendidik Gladys menjadi anak yang taat orang tua dan takut akan Tuhan.
Oleh Melyati Mbuilima
Fasilitator CBN
Sumber : Superbook Indonesia