Apa itu bucin? Anak muda di Indonesia menyebutnya dengan BUDAK CINTA. Ini adalah istilah yang disematkan kepada orang-orang yang cinta mati kepada seseorang (kekasih atau pasangan), sehingga meskipun terus disakiti dia tetap mencintai atau menerima orang tersebut.
Kedengarannya terlihat ‘setia’. Tapi tahukah Anda kalau bucin justru akan membuat ego seseorang semakin menjadi. Biasanya karena takut kehilangan, orang yang bucin akan selalu mengalah kepada pasangannya. Biasanya sikap ini rentan dialami orang-orang yang sedang jatuh cinta atau sedang menjalani hubungan berpacaran.
Tapi menariknya sikap ini akan perlahan berubah setelah menikah. Jika sebelum menikah pasangan bisa memanfaatkan sikap bucin pasangan untuk memperdayanya, maka setelah menikah pasangan tidak lagi punya kemampuan untuk melakukan tindakan tersebut.
Lalu wajar gak sih saat pacaran, anak-anak muda bucin sama pasangannya?
Realitanya, istilah bucin dipandang negatif oleh masyarakat karena kebanyakan dari mereka yang terlalu cinta kepada pasangan atau kekasihnya rela melakukan apapun supaya tidak ditinggalkan. Parahnya, kebanyakan korban bucin terjadi kepada kaum perempuan. Mereka bisa saja rela menyerahkan hal paling penting dalam hidupnya demi sang kekasih, seperti keperawanan dan juga uang.
Tapi tak sedikit pula dari mereka justru terus menerus disakiti, dikecewakan dan dimanfaatkan. Selama mereka masih terikat di dalam cinta tersebut, selama itu pula mereka akan mengorbankan dirinya baik secara emosional maupun fisik demi menyenangkan pasangan.
Baca Juga: 4 Definisi Kasih Menurut Pengertian yang Tuhan buat Sendiri
Tentu saja ini bukan arti cinta yang sebenarnya. Kalau dunia mengartikan cinta sebagai suatu emosi positif yang dirasakan kepada seseorang dan melibatkan aksi atau tindakan aktif seperti berkorban dan rela melakukan apapun untuk menyenangkan orang yang dikasihinya. Berdasarkan Alkitab, cinta diartikan dengan pengertian yang berbeda. Seperti disampaikan dalam 1 Korintus 13: 4-7.
“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->
Sumber : Jawaban.com