Pada Rabu (05/01/2022) lalu, twitter dihebohkan dengan tagar #TangkapFerdinand. Usut punya usut, salah satu cuitannya yang mengatakan, “Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya. DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela” mengundang amarah dari banyak pihak.
Beberapa waktu kemudian, Ferdinand diketahui telah menghapus cuitannya dan membuat permohonan maaf melalui akun twitternya @FerdinandHaean3 katanya,
“Klarifikasi atas cuitan saya yg kemudian viral, semoga semua bisa paham.
Bahwa sesungguhnya itu dialog antara pikiran dan hati saya yg sedang down. Bukan untuk menyasar kelompok tertentu, orang tertentu dan agama tertentu.
Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.
Terimakasih” - https://twitter.com/FerdinandHaean3/status/1478546034112360451
Menanggapi hal ini, Pastor Gilbert Lumoindong memberikan tanggapannya sekaligus mengucapkan permintaan maaf.
“Sebagai umat Kristiani, saya juga meminta maaf supaya jangan ada kegaduhan-kegaduhan. Karena lepas dari apapun, kita kan satu umat. Mudah-mudahan yang merasa tersakiti dengan cuitan rekan saya Abang Ferdinand, kiranya saya meminta maaf, tak perlu diperpanjang lagi. Karena itu yang pasti bukan suara dari umat Kristian,” kata Gilbert sebagaimana yang dikutip dari liputan6.com pada Rabu (05/01/2022).
Gilbert menyebutkan pernyataan ‘Allahku luar biasa, Allah Maha Kuasa, maupun Allah maha segalanya’ adalah kalimat yang wajar dan normal. Dia juga mengatakan bahwa pernyataan itu biasa dinyatakan di gereja.
BACA JUGA: Mention Lewat Medsos, Pendeta Gilbert Lumoindong Komentari Sikap PGI Soal Kasus KPK
“Dan saya percaya, setiap agama meyakini itu. Karena di Alkitab kami ada tulisan, orang benar akan hidup oleh iman. Itulah iman kami. Saya pikir iman dari setiap agama juga percaya bahwa Allah luar biasa, Allah Maha Kuasa, Allah Maha Segalanya,” jelas dia.
Menurut Gilbert pribadi, apabila kalimat itu digunakan untuk membandingkan dengan agama lain atau disampaikan di ruang publik, maka hal itu bisa memicu konflik.
“Kenapa perlu ada Allahmu dan Allahku? Ini menjadi rancu, ini menciptakan sebuah pertanyaan Allah tuh ada berapa sebetulnya? Bukan soal Allahmu dan Allahku. Karena kalau kita bicara Allah itu kan esa, surga itu kan satu. Inilah yang ketika disampaikan di ruang publik, dan memakai kata ganti ‘mu’ dan ‘ku’ (Allahmu dan Allahku). Saya pikir ini mungkin yang menjadi awal konflik,” ujarnya.
Atas dasar itulah Gilbert tidak menutup mata apabila ada pihak yang merasa tersakiti atau tersinggung dengan cuitan Ferdinand. Meskipun saat ini Ferdinand sudah menghapus cuitannya dan meminta maaf, wajar saja apabila ada pihak yang mengambil langkah hukum untuk melaporkan Ferdinand.
“Orang yang merasa terzolimi, orang yang merasa tersakiti, terlukai itu ada salurannya. Nanti tinggal polisi mengarahkan, apakah baiknya diselesaikan damai atau ini ada unsur-unsur untuk diperpanjang (proses hukum). Saya pikir Polri harus profesional,” katanya.
Sumber : berbagai sumber