Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan itu datangnya dari Allah. Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia, dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku. (Filipi 1: 27-30)
Ayat di atas bicara tentang nasihat supaya tetap berjuang, dimana disampaikan tentang satu kekompakan dan kesehatian sebagai satu tubuh Kristus atau satu keluarga.
Dalam sebuah keluarga, kita perlu berjuang bersama-sama saat masa sulit datang. Kenapa begitu? Karena dengan bersama kita bukan hanya mampu melewatinya sebagai pribadi yang berkemenangan, tetapi menjadi keluarga yang berkemenangan.
Supaya sebuah keluarga bisa tetap bersatu, setiap anggota keluarga harus berpadanan dengan injil Kristus. Berpadanan dalam hal ini diartikan dengan ‘berjalan seiringan’.
Lalu kenapa keluarga harus berpadanan dengan injil Kristus? Di dalam Filipi 2: 1-3, “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.”
Baca Juga: #KataAlkitab: Doa 3 Tokoh Alkitab Ini Selamatkan Bangsa Israel Dari Kemusnahan
Jadi hanya di dalam Kristus saja kita bisa menemukan nasihat yang bijak dan tepat. Karena itulah Tuhan berkata ‘Sempurnakanlah sukacitaku dengan ini’.
Saat kita berpadanan dengan injil Kristus, kita akan lebih mudah untuk hidup ‘sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia’. Dengan sehati sepikir, setiap anggota keluarga akan saling menghormati dan mau merendahkan diri satu dengan yang lain. Sikap hormat kepada seseorang muncul ketika dia merasa dikasihi. Jadi saat kerendahan hati dibarengi dengan kasih, maka setiap anggota jadi tim yang kompak untuk mencapai satu tujuan bersama-sama.
Hal ini sudah ditunjukkan oleh Yesus sendiri. Dia rela merendahkan diri-Nya sendiri dan mati di kayu Salib. Dia melakukan hal itu bukan untuk kepentingan-Nya semata, tetapi sebaliknya untuk kepentingan kita. Supaya kita memperoleh keselamatan dan juga kehidupan yang kekal.
Sumber : Jawaban.com