Kerusuhan antar etnis umat beragama di tahun 1999 dan beberapa tahun setelahnya menjadi traumatik dan cerita pilu bagi masyarakat Maluku. Kerusuhan ini juga menjadi gambaran premanisme yang melekat di masyarakat Maluku.
Namun jauh dari itu semua, masyarakat Maluku punya sejarah panjang tentang kerukunan hidup antar umat beragama. Bahkan ada fakta yang membanggakan dari Maluku, yaitu UNESCO menobatkan Ambon menjadi salah satu kota musik dunia pada tahun 2019.
Lantas kabar baik apa ya yang akan kita jelajahi dari daerah manise ini dan bagaimana akhirnya penyebaran agama masuk ke daerah Maluku?
Maluku dan rempah-rempah
Maluku merupakan kepulauan yang terletak di wilayah Indonesia Timur. Saat ini, kepulauan Maluku terdiri dari dua provinsi yaitu provinsi Maluku dengan ibu kota Ambon dan provinsi Maluku Utara dengan ibukota Sofifi.
Sebelum abad ke-19, Maluku sangat terkenal di dunia. Banyak negara di dunia dan beberapa wilayah berbentuk kekaisaran sering menyebut nama Maluku, mulai dari wilayah Eropa Timur Tengah bahkan Tiongkok karena Maluku dikenal dengan pusat rempah-rempah terbaik di dunia.
Banyak orang dari seluruh dunia menempuh perjalanan selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun hanya untuk mencari rempah-rempah ke Maluku. Beberapa daerah di Maluku seperti Banda Ternate, Tidore maupun Bacan merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar bangsa.
Aktivitas perdagangan ini meninggalkan sejarah kesenian dan aneka ragam kebudayaan dari berbagai penjuru dunia seperti, Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, Jepang, Arab, China, dan India.
Katolik masuk ke Maluku
Pencarian rempah-rempah beriringan dengan jalan keinginan menyebarkan agama dari beberapa negara yang datang ke Maluku. Pada sekitar tahun 1500, daerah Maluku mengalami perubahan besar di bidang politis dan agamawi.
Sebelumnya, seluruh daerah ini menganut agama nenek moyang, tetapi pada akhir abad ke-15, berapa raja di pulau-pulau kecil lepas pantai Halmahera memeluk agama baru yang telah dibawa oleh pedagang-pedagang dari Indonesia Barat, yakni agama Islam. Dengan demikian terjadi empat kerajaan Islam yaitu, Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.
Beberapa puluh tahun kemudian, Portugis berhasil menguasai Malaka pada tahun 1511. Ketika itu, Malaka menjadi kota pusat perdagangan di Asia Tenggara. Orang-orang Portugis segera berlayar terus ke daerah penghasil rempah-rempah yang diperdagangkan di kota tersebut yaitu Maluku.
Pertama mereka tiba di Banda dan berakhir di Ternate. Di Ternate, Portugis mendapat izin membangun benteng sekaligus menyebarkan agama Katolik. Sekelompok pendeta Katolik yang datang bersama Antonio Galvao, menjadi pimpinan Portugis di Maluku untuk memulai kerja misionaris mereka.
BACA JUGA: Arkeolog Israel Temukan Bukti Gempa yang Ditulis Dalam Kitab Amos dan Zakharia
Katolik merupakan agama pertama dari barat yang datang ke Indonesia pada abad ke-16. Setelah menguasai Malaka Portugis memulai monopoli perdagangan dan menyebarkan agama Katolik secara lebih teratur di wilayah Indonesia Timur, Ambon dan Halmahera, Ternate dan Tidore. Ternate secara khusus menjadi pangkalan tentara dan misi Portugis di Indonesia timur.
Salah satu Santo Katolik di wilayah Maluku adalah Fransiskus Xaverius dari Ordo Yesuit. Pastor dari Spanyol yang datang dengan kapal dagang Portugis pada tahun 1546 ini, kelak dianggap menjadi pelopor penyebaran agama Katolik di Indonesia.
Sumber : jawaban channel