Sampah merupakan bagian dari hidup manusia yang akan selalu dijumpai kapanpun dan dimanapun. Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) merupakan peringatan peristiwa longsornya sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Leuwigajah Cimahi yang terjadi pada tanggal 21 Februari 2005 silam. Akibat curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana pada tumpukan sampah di TPA, mengakibatkan 157 orang meninggal. Sampah juga jadi salah satu penyebab buruknya pemandangan alam dan rusaknya lingkungan hidup yang menimbulkan dampak negatif pada masyarakat dan juga pada lingkungan.
Allah memberikan hak kepada manusia untuk menguasai alam dan segala isinya :
Kejadian 1:28 berkata, 'Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.'
Artinya manusia diberikan oleh Allah hak asasi, yaitu hak untuk hidup serta memiliki kebebasan untuk memenuhi, menguasai dan menaklukkan bumi. Pertanyaannya apakah dengan hak yang diberikan oleh Allah kepada manusia digunakan secara bijak? Hal tersebut dapat dilihat pada kehidupan umat yang menjalankan wasiat Allah dengan kurang bijak yang tercermin pada perilaku manusia yang membuang sampah sembarangan.
Hari ini saya akan menyoroti kota tempat saya penyuluhan yaitu kota Bandung. Timbunan sampah di kota Bandung terus meningkat dari tahun ke tahun. Rata-rata dalam satu hari masyarakat kota Bandung menghasilkan sekitar 1.500 ton sampah atau setara dengan luas satu lapangan sepak bola, hal tersebut diungkapkan oleh Direktur PD Kebersihan Kota Bandung, Gun Gun Saptari. Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang terus berkembang selalu mencari solusi-solusi dalam mengatasi permasalahan sampah dan menurut rilis berita Detik News sampah di kota Bandung pada Idul Fitri 2020 lalu menurun 40% dibanding tahun sebelumnya. Tetapi kemungkinan besar diakibatkan pandemi Covid 19 dimana banyaknya tempat wisata yang tutup dan juga diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan menjaga lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
Manusia merupakan bagian dari lingkungan yang tidak terpisahkan sehingga manusia perlu senantiasa menyayangi semua kehidupan dan lingkungan dimana ia berada, selain dirinya sendiri.
Agar menjadi cerminan bagi sesama manusia. Manusia sebagai bagian dari lingkungan, hendaknya selalu berupaya untuk menjaga serta pelestarian, keseimbangan dan keindahan alam.
Baca Juga: Ajak Generasi Muda Peduli Lingkungan, Apa Kata Alktiab Tentang Kebersihan Lingkungan?
Manusia harus menyadari dan memahami bahwa lingkungan disediakan bukan untuk manusia saja, melainkan juga untuk makhluk hidup yang lain sehingga adanya saling ketergantungan dan perlu melestarikannya.
Pelestarian dimaksud untuk kelanjutan pemanfaatan alam dari generasi ke generasi yang akan datang.
Pemahaman yang salah dalam masyarakat, bahwa sampah hanyalah menjadi tanggung jawab pemerintah, haruslah dibuang jauh dari pemikiran setiap orang, karena persoalan sampah terutama yang ada di lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Yeremia 29:7 berkata, "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu."
Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa masalah sampah ini adalah masalah bersama karena dampak yang akan ditimbulkan oleh sampah akan dialami oleh setiap orang. Sebab jika kita tidak peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar hal itu akan menghilangkan kesejahteraan kota kita.
Dalam kitab Kejadian pasal 1 (satu) tentang cerita penciptaan dikatakan bahwa manusia diciptakan bersama dengan seluruh alam semesta. Itu berarti bahwa manusia memiliki keterkaitan, ketergantungan dan kesatuan dengan lingkungan hidupnya. Akan tetapi, dikatakan dalam ayat 26 bahwa manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Allah "Imago Dei" dan yang diberikan kewenangan untuk menguasai dan menaklukkan bumi dengan segala isinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa manusia adalah bagian integral dari ciptaan (lingkungan), akan tetapi di lain segi, ia diberikan kekuasaan untuk memerintah dan memelihara bumi. Maka hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya saling ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, manusia perlu memelihara lingkungan hidup sebagai ungkapan syukur pada Allah Sang Pencipta yang telah mengaruniakan lingkungan dengan segala keindahan dan kekayaan di dalamnya untuk menopang hidup manusia. Dalam konteks ini, manusia sebagai makhluk yang mulia memiliki tanggungjawab yang besar untuk mengelola alam. Mengelola alam tidak berarti manusia menjadikan alam sebagai objek yang menyenangkan hati manusia, tetapi juga menyenangkan hati Tuhan Jelaslah bahwa harus terjadi transformasi atas perilaku manusia yang semena-mena terhadap alam/lingkungan hidup.
Seharusnya, masyarakat sebagai umat cipataan Tuhan bisa membuat Tuhan bersukacita dengan setiap tindakan atau perbuatan sebagai implementasi iman percaya kepada-Nya, dengan menjaga, memelihara dan merawat alam lingkungan dimana kita berada. Bukankah semua yang Dia ciptakan itu baik adanya?
Dalam kitab Yakobus 2:26, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan adalah mati”.
Bagaimana dengan jati diri sebagai orang kristen yang menjadikan Kristus sebagai teladannya. Iman kepada Yesus Kristus harus diaplikasikan dengan tindakan nyata kita dalam kehidupan ini termasuk menjaga kebersihan lingkungan kita. kenyataan yang ditemui sampah berserakan di lingkungan sekitar atau tidak terlibatnya umat Kristen dalam kegiatan kebersihan lingkungan, bukan wujud iman Kristiani yang sesungguhnya. Mari kita tunjukkan Iman kita dengan perbuatan kita terlibat menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita.
Artikel ini adalah kontribusi dari Sandi Hutahaean S.Pd.K, Penyuluh Agama Kristen, Kementerian Agama Kota Bandung.
Sumber : Jawaban.com