Belajar mencintai harus dimulai dari bagaimana kita mencintai orang-orang di sekitar kita atau tetangga kita.
Di tengah keadaan buruk seperti pandemi saat ini, kita diajak
untuk kembali belajar dari cara hidup orang Kristen mula-mula. Dimana mereka mencerminkan iman melalui kasih persaudaraan di antara mereka.
Jangan sampai kita kehilangan pandangan tentang makna kasih agape yang radikal. Sehingga kita hanya memikirkan diri kita sendiri.
Mari belajar tentang bagaimana orang-orang di abad-abad awal,
beberapa pandemi besar juga terjadi di dunia dan membunuh jutaan orang. Selama
masa-masa itu para pejabat pemerintah dan orang-orang kaya meninggalkan kota dan pergi ke pedesaan untuk menghindari kontak dengan orang-orang yang terinfeksi.
Tapi uniknya, komunitas Kristen memilih tetap tinggal dan melakukan tindakan radikal.
Pada hari Minggu Paskah tahun 260 Masehi, Uskup Dionysius dari
Korintus memuji upaya orang-orang Kristen walaupun banyak diantaranya harus meninggal karena ikut terinfeksi saat merawat orang-orang sakit.
Uskup Dionysius pun menyampaikan kalimat yang sangat menyentuh.
"Sebagian besar saudara kita orang Kristen menunjukkan kasih dan kesetiaan yang
tidak terbatas, tidak pernah menyia-nyiakan diri mereka sendiri, dan hanya
memikirkan satu sama lain. Tanpa mempedulikan bahaya, mereka bertanggung jawab atas
orang sakit, memenuhi setiap kebutuhan mereka dan melayani mereka dalam Kristus,
dan mereka bersama-sama meninggalkan dunia ini dengan damai. Karena mereka terinfeksi oleh orang-orang yang sakit dan menerima rasa sakit itu dengan kerelaan."
Dedikasi penuh cinta orang Kristen mula-mula terhadap sesama
mereka terjadi selama masa pandemi. Tindakan itu menggambarkan keindahan pesan injil
tentang kasih agape yang radikal terhadap sesama. Tindakan ini pun berdampak sangat besar dan menyentuh banyak hati untuk percaya kepada Kristus.
Kabar baiknya, Roh Kudus yang sama yang tinggal atas mereka juga berdiam dalam diri kita masing-masing.
Baca Juga:
Ini Loh Penyebab Korupsi dan Konsekuensinya Menurut Alkitab
Augustine Dhirgahayoe, Penyandang Kanker Stadium 4 yang Percayakan Hidupnya Dalam Tuhan
Mencintai Orang Lain Harus Dimotivasi Oleh Iman
Di tengah pandemi saat ini, kita diingatkan untuk mengandalkan Roh Kudus untuk mengajarkan kita cara mencintai saudara kita dengan radikal.
Sebagian orang Kristen mungkin menunjukkan cinta terhadap
saudara mereka dengan membagikan hand sanitizer dan masker. Dan sebagian lainnya
melibatkan diri di garda terdepan merawat orang sakit sekalipun risiko begitu besar demi keselamatan nyawa orang lain.
Bahkan saat kita terinfeksi karena menunjukkan kasih yang
radikal ini, kita memilih untuk menaruh kepercayaan dan pemulihan di dalam Tuhan.
Sehingga kita bisa terus menghasilkan buah dalam pekerjaan kita bagi kemuliaan-Nya (Filipi 1: 21-24).
Kita patut berbangga karena hampir 100 dokter yang bertugas di
garda terdepan penanganan pasien virus corona meninggal. Walaupun mereka tahu
risiko merawat orang-orang terdampak adalah kematian, namun mereka memilih
untuk tidak bersembunyi atau melarikan diri. Mereka justru bahagia jika bisa menyelamatkan satu nyawa.
Dan terlepas dari apapun panggilan dan posisi kita saat ini, biarkanlah kasih menjadi motivasimu untuk melayani orang lain.
Tuhan mau kita menanggapi pandemi saat ini dengan iman. Dan
saat kita hidup dengan iman berarti kita membiarkan iman mengekspresikan dirinya
melalui kasih.
“Sebab bagi
orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat
tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.” – Galatia 5:
6