Sebuah gereja
mesianik Yahudi di Israel memenangkan gugatan terjadi sebuah organisasi
anti-penginjilan yang menurut mereka telah bertahun-tahun mengganggu ibadah
mereka dan bahkan telah merusak bangunan gereja.
Pastor Israel Pochtar adalah gembala dari Gereja Jemaat Beit Hallel yang berbasis di Ashdod, dan jemaat sekitar 350 orang. Ia
menyatakan bahwa jemaatnya
telah menghadapi "kampanye persekusi yang tertarget" dari organisasi anti-misionaris Yahudi
Ortodoks Yad Le'Achim.
Sudah 9
tahun mengalami persekusi
Tindakan
persekusi itu, kata
Pastor Pochtar, dimulai pada tahun 2011 ketika sejumlah besar massa berdemo di
luar gerejanya. Ia juga menyatakan bahwa
beberapa rabi bahkan mendorong "tindakan lebih lanjut terhadap kami."
"Sudah sembilan tahun terjadi penindasan
secara sistematis, pelecehan dan
penganiayaan langsung di berbagai tingkatan, didorong oleh kampanye kebencian
yang dipimpin oleh Yad Le-Achim di mana mereka telah melakukannya tindakan tersebut berkali-kali
terhadap kami, dengan tujuan supaya mereka bisa menghentikan kami bekerjalah sepenuhnya dan
mengusir kami ke luar
kota, " demikian Pastor
Pachtar memberi penjelasan seperti yang dikutip oleh Christianpost.com.
Tindakan
persekusi tersebut menurutnya dilakukan terhadap gerejanya dan jemaatnya di berbagai area dan
sangat mempengaruhi mereka.
Memenangkan
gugatan di pengadilan
Namun kabar
baiknya, Pastor Pochtar
menyatakan bahwa seorang hakim baru-baru ini telah memutuskan bahwa "Yad
Le-Achim dan siapa pun atas nama mereka tidak diizinkan untuk datang dalam
jarak 100 meter (328 kaki) dari gedung kami."
Keputusan
tersebuat diharapak oleh Pastor Pochtar bisa memberi mereka sedikit ruang kebebasan untuk
menyembah Tuhan. Sebab telah bertahun-tahun mereka dibanjiri oleh para
aktivis yang berkumpul di properti gereja setiap minggu untuk mengintimidasi
para jemaat.
“Kami telah memanggil polisi berkali-kali, dan rumit untuk
meminta mereka melindungi hak-hak kami, sampai sekarang ketika kami akhirnya
memiliki sebuah keputusan,”
tulisnya. “Mereka telah merusak properti kami, menyebabkan kami mengalami
banyak kerugian finansial. Mereka tertangkap kamera melakukan hal itu, namun
pihak berwenang tidak melakukan apa pun untuk melindungi kami. "
Pochtar mengatakan para pengunjuk rasa juga sekarang
dilarang membuat film atau memotret orang yang menghadiri ibadah mereka. Selain itu, katanya
pengunjuk rasa diharuskan mendapatkan izin dari balai kota dan polisi sebelum
mereka dapat mengatur demonstrasi di luar gereja.
"Ini adalah kemenangan dan terobosan yang sangat
signifikan tidak hanya untuk Gereja
Jemaat Beit Hallel, tetapi untuk semua orang percaya dari penduduk lokal Israel," tulis
Pochtar. “Sangat penting untuk melawan ketidakadilan, terutama ketika Anda tahu
hak-hak Anda dan hukum ada di pihak Anda. Kita harus 'mempersiapkan kuda kita
untuk pertempuran,' agar kita dapat melihat kemenangan Allah dalam kehidupan
semua orang percaya Israel lokal yang menghadapi penindasan agama setiap hari
hanya karena iman mereka kepada Yeshua (Yesus -red)."
Ludmila Zakharchuk, seorang pengacara untuk Gereja Jemaat Beit Hallel, mengkonfirmasi perintah
pengadilan kepada Kehila, sebuah organisasi berita yang mencakup komunitas
Kristen Mesianik.
"Kami memenangkan kasus pengadilan hanya beberapa hari
yang lalu," kata Zakharchuk seperti dikutip Kehila. “Mereka mengganggu kami begitu
lama. Kami mengajukan puluhan pengaduan ke polisi dan tidak ada yang terjadi
sehingga akhirnya kami pergi ke pengadilan. ”
Persekusi
terhadap Yahudi Mesianik terjadi di berbagai bidang
Perintah pengadilan diberikan karena orang-orang percaya Mesianik, mereka yang
percaya pada Kristus sebagai Mesias tetapi berpegang pada tradisi tradisional
Yahudi, telah menghadapi perlawanan terhadap ekspresi iman mereka dari para
aktivis dan kelompok seperti Yad Le-Achim.
Yad Le-Achim dikatakan bertanggung jawab karena melancarkan
kampanye enam bulan yang mendesak otoritas media Israel untuk menutup saluran
berbahasa Ibrani baru TV Shelanu, yang menayangkan berita Injil dari kalangan orang-orang Yahudi
Mesianik.
Pemerintah Israel mengumumkan pada hari Minggu bahwa mereka memerintahkan Shelanu untuk menghentikan penyiaran dengan tuduhan jaringan televisi tersebut menyembunyikan agenda misionaris ketika mengajukan permohonan izin televisi. Yad Le-Achim memuji keputusan itu sebagai "kemenangan besar bagi Yad L’Achim."
Baca juga :
Pochtar mengatakan bahwa anggota Yad LʻAchim juga
menggunakan pengaruh mereka untuk memberikan tekanan pada jemaatnya dari dalam
balai kota.
“Mereka bisa
membuat izin kami untuk
mengoperasikan pekerjaan kemanusiaan kami dari gedung baru kami dicabut,” kata
Pochtar. “Ratusan keluarga yang membutuhkan menderita karena itu, pekerjaan
kami harus direstrukturisasi sehingga kami dapat terus mengoperasikan
penjangkauan kemanusiaan kami meskipun ada hambatan.”
Pochtar mengatakan bahwa Yad Le-Achim juga menggunakan
pengaruhnya dengan Kementerian Dalam Negeri setempat di Ashdod untuk
mempertanyakan status kependudukan dan kewarganegaraan beberapa keluarga yang
menghadiri Beit Hallel.
“Salah satu dari mereka adalah pendeta kami, Pastor Eitan dan istrinya,
Yulia, yang telah ditolak statusnya dan hampir dideportasi, meskipun Eitan
memiliki kewarganegaraan
(Israel-red),” jelas Pochtar. “Mereka harus mencari bantuan hukum dari pengacara untuk
membantu kasus mereka; sesuatu yang di luar jangkauan kebanyakan orang. "
“Semua jalan mereka gunakan untuk melukai, menentang,
menghalangi, dan langsung menghentikan kami dan pekerjaan kami dilakukan secara sewenang-wenang
dan sistematis,” tambah Pochtar. “Mereka tidak merahasiakannya dan secara terbuka mengajak seluruh komunitas
Orthodox untuk bergabung dengan mereka untuk 'membersihkan kota' dari kehadiran
kami, menggunakan
segala cara yang mungkin .”
Mari
berdoa untuk Israel
Pemberitaan
Injil tidak pernah mudah dilakukan, apa lagi di tanah suci Israel, dimana Yesus
sendiri pernah hadir dan menghadapi penolakan hingga diadili dan disalibkan.
Yesus pun
sudah mengingatkan kita bahwa, “… kamu
akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan
penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan
penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu
untuk bersaksi.” (Lukas 21:12-13).
Sebab itu sekalipun
menghadapi berbagai perlawanan dan halangan, jangan pernah berhenti
memberitakan Injil seperti yang sudah Yesus perintahkan, karena Yesus “menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman.” (Matius 28:19-20)
Mari kita
berdoa untuk Israel, kita berkati bangsa pilihan Tuhan itu dan juga dukung para
misionaris yang membawa kabar Injil kepada orang-orang Yahudi, sehingga kabar
keselamatan dapat mereka terima.