Sebuah
riset yang dilakukan oleh Barna Group menyatakan bahwa 94 persen gereja di Amerika setuju untuk bersuara melawan rasisme,
sedangkan yang sudah membuat pernyataan resmi tentang kematian George Floyd sebanyak
65 persen.
Data
tersebut dirilis oleh Barna Churhc Pulse Poll, Kamis (16/6/2020) lalu. Poling
yang dilakukan selama seminggu lalu tersebut juga menemukan bahwa 76 persen
pendeta mengatakan bahwa gereja seharusnya mendukung aksi protes damai berkaitan dengan tewasnya Floyd.
Ada
pergeseran pandangan tentang rasisme
Walau riset
mendalam masih perlu dilakukan terhadap sikap orang Kristen Amerika tentang
rasisme, Direktur Barna Group David Kinnaman menyatakan, "Tetapi ada beberapa
indikasi bahwa pendeta lebih terbukan dari pada sebelumnya" dalam menanggapi
masalah diskriminasi rasial.
Saat ini banyak gereja dan denominasi serta pelayanan Kristen telah merilis pernyataan berkaitan dengan kematian Floyd dan juga menyediakan materi-materi tentang rekonsiliasi rasial.
Baca juga
Ungkapan Pertobatan Ini Memicu Gerakan Doa Untuk Masalah Rasisme
Bukan Untuk Jelekkan Indonesia, Pendeta yang Doakan Pendemo di AS Klarifikasi Ucapannya
Sebagai
contoh beberapa megachurch dan denominasi besar mulai memberikan pengajaran
mengenai keadilan, imago Dei dan pertobatan. Para pendeta juga dengan berani mengkotbahkan
tentang menyikapi perbedaan ras.
Sejarah
masa lalu tentang perbudakan berdampak pada pandangan tentang rasial
Menurut
data survei Barna Group tahun 2019 lalu, 42% orang Kristen berkulit putih
percaya bahwa sejarah Amerika tentang
perbudakan dan rasisme akan terus berdampak terhadap kelompok Afrika Amerika.
Tetapi 1 dari 5 pendeta (19%) dari
berbagai kelompok etnis menyatakan bahwa tidak ada yang harus dilakukan gereja
untuk meresponi sejarah Amerika tentang rasisme.
Namun fakta
yang terjadi pada beberapa waktu ini membuktikan ada pergeseran sudut pandang,
sebab banyak orang Kristen dan pendeta di berbagai kota di Amerika yang ikut
melakukan aksi damai menentang rasisme.
Gerakan doa muncul untuk rekonsiliasi rasial
Pastor Calvin Sparks, dari Life Pavilion di Carson, memeluk polisi LAPD dalam sebuah aksi damai. (Foto : Sarah Reingewirtz, Los Angeles Daily News/SCNG)
Bahkan kini
mulai muncul gerakan doa interrasial
untuk berdoa bagi kondisi bangsa dan penyelesaian masalah rasisme di Amerika.
Walau
demikian banyak pendeta percaya, gereja tidak terlibat dalam gerakan yang berbau
politik. Saat ini, sekitar 61% responden
dari poling Barna melihat bahwa kontroversi tentang rasial yang terjadi terlalu
“politis.”
Untuk itu
Kinnaman percaya bahwa, “Saat ini para pemimpin gereja harus memimpin dengan
kerendahan hati dan dengan terhubung kepada pemikiran dan persepsi” banyak orang.
Gereja
adalah terang dan garam bagi dunia ini, ditengah gelapnya masalah dunia ini. Gereja
harus menjadi jawaban terhadap apa yang
terjadi di masyarakat, sehingga kasih Kristus dapat mengalir dan membawa
pemulihan. Termasuk dalam masalah ketidakadilan, diskriminasi, dan juga rasisme
yang saat ini digaungkan secara global.
Seperti
yang disampaikan oleh Kinnaman, para pendeta dan hamba Tuhan harus melakukannya
dengan kepemimpinan yang rendah hati dan rangkulan penuh kasih kepada semua
orang.