Belum
ditemukannya obat atau vaksin COVID-19, membuat kita harus meningkatkan daya
tahan tubuh untuk menghindari penularan. Selain mengonsumsi makanan bergizi,
kita juga perlu berolahraga teratur untuk memperkuat pertahanan tubuh.
Di tengah
masa pandemi COVID-19 ini, kita dihimbau untuk mengenakan masker saat berolahraga.
Lalu bagaimana jika kita melakukan olahraga? Bukankah olahraga memerlukan lebih
banyak oksigen dari biasanya?
Biasanya,
kita akan cenderung membuka mulut saat berolahraga untuk mengambil oksigen.
Tapi, kika kita menggunakan masker, hidung dan mulut akan tertutup dan tubuh hanya
bisa mengakses oksigen terbatas.
Ridak bisa
dipungkiri bahwa memakai masker saat berolahraga berisiko menimbulkan masalah
kesehatan lainnya. Hal ini kerap dikaitkan dengan kematian akibat keracunan
karbondioksida atau CO2 ketika sedang melakukan kegiatan olahraga.
Pemakaian
masker sangat berbahaya bagi orang-orang dengan kondisi kesehatan seperti:
-
Orang dengan penyakit jantung
-
Stroke
-
Asma
-
Bronchitis atau penyakit gangguan paru-paru lainnya
Bagi
orang-orang yang memiliki kondisi tersebut, disarakan oleh ahli untuk melakukan
olahraga ringan di rumah saja.
Kemudian
bagi kamu yang merasa sehat dan masih mau berolahraga di luar rumah dan memakai
masker, tetap harus pastikan keamannya.
1. Pilihan bahan masker yang aman
Penyebaran
virus corona terjadi melalui droplet atau partikel kecil keketika seseorang
berbiacara. Maka, penggunaan masker kain sudah cukup dan tidak perlu memakai
mask n95 yang membuatmu kesulitan bernafas.
Pilihlah
masker kain yang memiliki tingkat kerapatan atau pori-porinya renggang untuk
menghindari risiko sesak napas saat berolahraga. Tetap pastikan physical distancing karena masket apapun
terbilang rendah dalam mencegah paparan virus.
2. Perhatikan durasi dan jeni olahraga
Hipoksia
atau kekuragan oksigen memiliki gejala umum seperti sesak, pusing dan lemas. Namun,
dokter spesialis jantung Vito A Damai, SpJP dari Siloam Hospital menjelaskan
bahwa kondisi ini akan menyebabkan kematian secara langsung.
“Perlu
diingat, tidak semudah itu kondisi tersebut bisa berkembang menjadi hiperkarbia
atau hiperkapnia yang mematikan,” katanya dikutip dari dalam detik health.
Semakin
berat olahraga yang dilakukan, semakin banyak punya oksigen yang dibutuhkan,
risiko kesulitan bernapas pun semakin tinggi karena masker yang dipakai pun
menghalangi akses oksigen yang harus didapat.
3. Pahami kapasitasmu
Saat
berolahraga, pernapasan cenderung menjadi lebih cepat dari biasanya karena
tubuh memerlukan oksigen lebih. Kamu harus mengetahui kapan harus beristirahat
dan kapan bisa melanjutkan kegiatan olahraga.
Jika kamu
mulai merasa pusing, mual, sesak napas, segera hentikan kegiatan olahraga, cari
tempat sepi dan buka masker sambil beristirahat. Atur pernapasan secara
perlahan.
5. Riwayat kesehatan
Kematian
mendadak saat berolah raga, banyak disebabkan oleh gangguan jantung. Dengan
atau tanpa masker, intensitas saat berolahraga yang tinggi dapat menjadi pemicu
serangan jantung yang mematikan.
Tak hanya
saat berolahraga, penggunaan masker yang terlalu rapat dalam keseharian juga
perlu diwaspadai pada orang-orang dengan gangguan pernapasan seperti penyakit
paru obstruksi kronis (PPOK) maupun asma. Jika memiliki riwayat sakit jantung,
sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter soal penggunaan masker.
Risiko
kematian akibat memakai masker memang bisa terjadi apalagi pada orang-orang
yang memiliki riwayat penyakit tertentu. Sayangi dirimu dan orang-orang di
sekitarmu dengan perhatikan tips keamanan di atas.
Wujudkan aksi #LOVEINACTION bersama kami dengan
membagikan paket sembako untuk meringankan beban kehidupan orang lain di luar
dengan berdonasi. Selengkapnya, kamu bisa kunjungi link berikut ini: https://www.jawaban.com/loveinaction.