Foto
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memegang Alkitab di depan gereja yang
dibakar massa menuai pro kontra dari banyak pihak, termasuk para pemimpin gereja.
Gereja
St.John’s Episcopal Church di Lafayette Squeare yang berada di dekat Gedung Putih,
Washington di rusak dan dibakar massa yang melakukan protes atas tewasnya
George Floyd pada Minggu malam, 31 Mei 2020 lalu.
Pada Senin
(1/6/2020), Polisi dan Tentara Nasional Amerika mengamankan jalan dari Gedung
Putih menuju Gereja St.John . Mereka memukul mundur para demonstran yang saat itu
melakukan aksi damai dengan melontarkan gas air mata berkali-kali. Setelah itu
tampak Presiden Donald Trump berjalan dari Gedung Putih menuju gereja sambil
memegang Alkitab dan memberikan beberapa komentar sambil difoto oleh media.
Uskup Episkopal Washington, Mariann Edgar Budde menyatakan dirinya "marah" karena Trump berfoto di depan gereja hanya beberapa saat setelah dia mengancam para demonstran akan mengerahkan tentara nasional.
Baca juga :
Kematian George Floyd Menimbulkan Kemarahan Warga AS, Ini yang Dilakukan Sang Adik
Donald Trump: Saya Tidak Suka Orang Kristen Gunakan Iman Sebagai Pembenaran
“Presiden
menggunakan Alkitab, teks paling suci dari tradisi Yahudi-Kristen, dan juga salah
satu gereja di keuskupan saya, bahkan tanpa ijin kepada kami, sebagai latar
belakang untuk pesan yang bertentangan dengan ajaran Yesus dan segala yang gereja
kami yakini," demikian pernyataan Uskup Mariann dalam sebuah wawancara.
“Dia tidak
datang ke gereja untuk berdoa, dia tidak datang ke gereja untuk berbelasungkawa
kepada yang berduka. Dia tidak datang untuk melakukan pemulihan atas negara kita, segala yang kita
harapkan dan rindukan dari pemimpin tertinggi di negeri ini,” tambahnya.
Ia
menyatakan bahwa Trump tidak pernah datang ke Gereja St.John kecuali pada saat
pelantikannya dan untuk berfoto pada Senin lalu itu.
Kritikan
lainnya dilayangkan oleh Rev. James Martin, seorang penulis dan pastor Jesuit.
“Menggunakan Alkitab hanya sebagai property sambil menyatakan akan mengirikan tentara dan menyombongkan bagaiamana negaramu yang paling hebat di dunia, dan secara terbuka mengolok-olok orang setiap hari, sungguh bertolak belakang dengan semua yang diperjuangkan Yesus,” demikian tegas Rev. Martin.
“Saya
perjelas. Ini menjijikkan. Alkitab bukanlah hiasan. Gereja bukan latar belakang
foto untuk publikasi. Agama bukan alat politik. Dan Tuhan bukan mainan,"
tambahnya.
Direktur
Interfaith Alliance dalam pernyataannya pada Senin (1/6/2020) lalu mengenai
foto Trump tersebut, “adalah salah satu penyalahgunaan agama yang paling
mencolok yang pernah saya lihat.”
Dilain
pihak, dari kelompok Republikan
mendukung apa yang dilakukan oleh Trump.
“Momen historis
sebagai @POTUS Trump mengklaim kembali gereja St.John untuk Amerika! Tuhan
memberkati Amerika!!,” demikian tweet dari Rep.Peter King,R-N.Y.
“Momen yang
sangat kuat ketika @realDonaldTrump berjalan ke Gereja St. John, di mana setiap
presiden sejak Madison telah berdoa untuk kesejahteraan negara kita. Kita harus
bersama sebagai sebuah negara, dan saya berterima kasih kepada @POTUS karena
memimpin upaya untuk melindungi hukum dan ketertiban,” demikian tweet Rep.Doug
Lamborn, R-Colo.
Hingga saat
ini protes atas tindakan rasial yang dipicu oleh tewasnya seorang pria kulit
hitam George Floyd dilakukan hampir di seluruh negara bagian Amerika. Bahkan dalam
beberapa hari terakhir dukungan atas gerakan #Blacklivesmatter muncul di berbagai negara, seperti Perancis,
Belanda dan Australia dimana anak-anak muda turun ke jalan dan menyerukan
dihentikannya tindakan rasis.
Mari berdoa
agar yang diperjuangkan melalui gerakan #Blacklivesmatter ini dapat dicapai dengan aksi damai sehingga
tidak jatuh banyak korban jiwa, dan para pemimpin di Amerika, termasuk Presiden
Trump dan kabinetnya serta pemerintah negara bagian dapat meresponinya dengan bijak.