Mungkin
kamu telah mendengar istilah herd immunity
di media sosial. Mungkin kamu juga mendengar rumor bahwa herd immunity direncakan untuk melawan virus corona atau COVID-19.
Perlu
diketahui bahwa rencana mengenai herd immunity
untuk melawan virus corona hanyalah opini beberapa orang saja. Selain itu, juru
bicara pemerintah untuk penanganan kasus Corona, Achmad Yurianto telah
membantah mengenai issue bahwa
Indonesia akan memakai sistem ini.
Baca juga: Mudik di Tengah Corona, Sayang Sesama Atau Justru Egois?
Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sendiri tidak merekomendasikan herd immunity dan melonggarkan lockdown
untuk memutuskan penyebaran COVID-19.
Lalu
sebenarnya, apa itu herd immunity? Herd immunity adalah suatu keadaan
dimana semakin banyak masyarakat dalam suatu lingkungan sosial memiliki tingkat
kekebalan yang tinggi terhadap penyakit.
Pada herd immunity, kekebalan akan terbentuk
setelah seseorang terinfeksi dan sembuh atau melalui vaksinasi untuk mencegah
penularan.
Selain itu,
herd immunity juga disebut sebagai
kekebalan komunitas. Artinya, dalam satu komunitas, ada banyak orang yang
imunnya kuat atau kebal terhadap suatu penyakit sehingga komunitas tersebut
tidak dapat diserang oleh virus.
Virus
apapun membutuhkan inang atau tempat untuk hinggap dan tinggal serta bertahan
hidup. Inang yang dimaksud bisa hewan ataupun manusia. Tidak terkecuali bagi
COVID-19.
Namun, jika
virus ini tidak bisa memasuki tubuh manusia, maka lama-kelamaan akan mati
karena tidak bisa bertahan di udara terbuka.
Baca juga: 3 Suasana Kerukunan Beragama di Tengah Pandemi Virus Corona, Buktikan Berbeda Itu Indah!
Jika ada cukup banyak orang dalam satu komuitas yang memiliki kekebalan terhadap suatu virus, maka virus tersebut akan hilang. Lalu bagaimana cara agar orang-orang tersebut bisa kebal? Ada dua cara, yaitu dengan vaksin maupun secara alami.
- Vaksin
Dengan
vaksin maka di tubuh orang tersebut bisa terbentuk kekebalan terhadap penyakit
tertentu.
- Dengan
cara alami
Selain
dengan vaksin, agar seseorang bisa kebal terhadap suatu penyakit, maka orang
tersebut perlu terinfeksi terlebih dahulu. Setelah infeksi sembuh, tubuh akan
membentuk antibodi atau pertahanan yang mencegah virus tersebut kembali
menginfeksi.
Hingga saat
ini masih belum ada vaksin corona yang tersedia. Jadi satu-satunya pilihan
adalah dengan membiarkan banyak orang terinfeksi virus ini.
Tetapi
pertanyaanya, apakah hal tersebut setimpal dengan risiko kematian dan jumlah
pasian yang akan meningkat?
Perlu
diingat bahwa COVID-19 adalah penyakit baru. Saat penyakit ini muncul, belum
pernah ada orang yang mengalaminya. Itu artinya, tidak ada orang yang kebal
terhadap penyakit ini.
Sehingga
untuk membuat herd immunity terhadap
COVID-19, setidaknya 60% populasi masyarakat perlu terinfeksi dan harus sembuh.
Namun jika banyak orang terinfeksi dan meninggal, maka tetap sama herd immunity ini tidak berhasil.
Baca juga: Yuk Belajar Public Speaking, Agar Selepas Wabah Corona Karirmu Bisa Berkembang
Selain itu, diperlukan waktu bertahun-tahun untuk membentuk herd immunity untuk COVID-19 tanpa adanya vaksin.
Bisa kita
bayangkan betapa sulitnya bagi para petugas medis dan fasilitas kesehatan jika
terlalu banyak orang terinfeksi virus corona dalam waktu yang bersamaan.
Tingkat
kesembuhan juga semakin sulit karena jumlah pasien yang terlalu banyak dan
kurangnya tenaga medis serta perlengkapa medis yang mumpuni untuk mengatasi
pasien COVID-19.