Seperti
seorang pengusaha yang memerlukan bantuan orang lain untuk membimbingnya agar
berhasil, atau seperti guru yang membimbing muridnya untuk berhasil, begitu
juga dengan pernikahan.
Tidak ada
pernikahan yang bisa berdiri sendiri tanpa pernikahan-pernikahan lain. Inilah
mengapa mentor diperlukan untuk membangun pernikahan lainnya.
Namun, ada
beberapa kesalah pahaman dalam memilih mentor pernikahan yang perlu kamu
pertimbangkan sebelum memilih mentor pernikahanmu.
01 Mentor setidaknya berusia 83 tahun
Salah satu
kesalahpahaman paling umum tentang pendampingan (mentoring) melibatkan usia.
Banyak orang beranggapan untuk menjadi seorang mentor yang cukup bijak,
setidaknya harus berusia 83 tahun.
Bukankah
kedewasaan seseorang tidak ditentukan dari usianya? Saya menyarankan untuk
mencari seseorang yang kamu hormati dan kamu sukai, dari siapa kamu ingin
belajar.
02 Mentor harus sempurna
Kesalahpahaman
ini membuat banyak orang yang telah memenuhi syarat ragu untuk menjadi mentor. Faktanya,
anak didik tidak berharap seorang mentor untuk semurna.
Dalam
sebuah konferesi, ada beberapa banyak peserta mengharapkan mentor mereka
sempurna namun, tak ada satu pun yang mengangkat tangannya.
Kemudian
ketika mereka ditanya berapa banyak yang menunda untuk menjadi seorang mentor
karena menganggap dirinya harus sempurna bagi seorang mentor, sekitar 95%
peserta mengangkat tangannya.
Intinya
adalah, seorang mentor tidak perlu sempurna.
03 Mentor memiliki semua jawaban
Mentor
adalah manusia. Mereka tidak memiliki semua jawaban. Peran mereka justru
terkadang menjadi jawaban itu sendiri. Terkadang justru berjalannya waktu, anak
didik menemukan jawaban sendiri dari kehidupan sang mentor.
Pada
dasarnya, seorang mentor menghubungkan anak didik dengan sumber daya: jaringan
pribadinya, seminar yang sesuai, sumber yang tepat, video yang bermanfaat, kaset
audio dan buku, dan bahkan kelompok pendukung.
Mentor
tidak diharuskan untuk mengetahui semua jawaban permasalah anak didiknya. Tapi
mereka disana untuk membantu anak didiknya dan membantu apa yang bisa bantu.
04 Proses pendampingan melibatkan kurikulum yang perlu
didampingi oleh seorang mentor untuk mengajar anak didik
Tidak ada
kurikulum seperti ini. Proses pendampingannya setiap anak didik adalah unik. Dalam
hubungan kepercayaan, anak didik dapat mengajukan pertanyaan yang tidak bisa
mereka tanyakan pada kebanyakan orang karena merasa tidak nyaman.
Seorang
mentor dapat memberikan jawaban yang tulis kepada anak didiknya. Tidak ada
kurikulum, atau teori yang dapat menggantikan pengalaman hidup dan belas kasih
seorang mentor seperti itu.
05 Fokus seorang mentor meminta pertanggungjawaban
seorang anak didik
Banyak
orang fokus pada pertanggungjawaban karena salah satu dari dua alasan: Mereka
senang meminta pertanggungjawaban orang lain tetapi tidak secara khusus ingin
dimintai pertanggungjawaban, atau mereka tidak memiliki kontrol diri dan
mencoba untuk memberikan tanggung jawab itu di tangan orang lain.
Kedua
motivasi ini tidak sehat dan merusak hubungan mentoring. Fokusnya harus
mendukung, memperkuat, dan mendorong.
Tentu saja,
dalam proses alami membantu anak didik tumbuh menjadi dewasa, kamu akan
menggunakan unsur pertanggungjawaban.
Misalnya, kamu
dapat meminta pertanggungjawaban anak didikmu untuk membentuk kebiasaan baru,
mencapai tujuan baru, atau menahan godaan.
Tapi sebagai
mentor, jangan merasa bahwa kamu harus mempertanggungjawaban setiap langkah anak
didikmu. Dan sebagi anak didik, kamu bisa memperhatikan lima kesalahpahaman
dalam memilih mentor seperti yang tertulis di atas ya.