Kita semua
pasti pernah mengalami momen dimana seorang teman atau atasan atau saudara yang
memberikan kritik terhadap kita kan? Kata-kata mereka pun bisa memiliki banyak
tujuan. Baik itu mengkritik untuk membangun atau justru mengkritik untuk
menjatuhkan.
Namun
bagaimana untuk membedakannya? Dan bagaimana kita harus menyikapinya? Paulus
menyadari bahwa Petrus bertindak berbeda ketika dia bersama orang Yahudi dan
bukan orang Yahudi. Betapa sulitnya bagi Paulus untuk membahas soal ini bersama
Petrus, terlebih lagi Petrus adalah satu dari dua belas muris Yesus.
Petrus adalah pemberita Injil yang berani dari sebelum Paulus bertobat mengikut Yesus. Namun Paulus tetap taat dan mengikuti perintah Tuhan untuk membahas masalah ini bersama Petrus. Inilah tiga tips untuk membantu kita menentukan apakah kritik yang kita dapat itu untuk membangun atau justru sebaliknya.
Baca juga: Lebih Banyak Mendengar dan Lebih Sedikit Bicara
1. Dengarkan dengan baik
Seringkali
kita kehilangan fokus ketika sedang berbicara dengan orang lain sehingga tak
jarang hal ini menimbulkan kesalahpahaman. Ketika kamu tidak fokus pada
bagian-bagian tertentu dan hanya berpusat pada poin negatif, hal ini dapat
membuatmu merasa kesal dan mungkin juga merasa terpojok.
Karenanya,
ketika sedang berdiskusi usahakanlah untuk fokus sepenuhnya dan dengarkan dengan
baik. Kamu juga bisa mengajukan beberapa pertanyaan dan melakukan tukar pikiran.
Kemudian
yang lebih penting, usahkan untuk tidak bersikap defensif. Seperti Petrus,
Tuhan menggunakan orang dengan iman yang sama untuk mengajarkan kita pelajaran
yang berharga. Tapi kita bisa kehilangan kesempatan jika kita tidak
mendengarkan.
2. Tinjau sumbernya
Setelah melakukan diskusi, tanyakan dua hal ini pada dirimu. Pertama, apakah dia datang dengan perahatian dan alasan yang benar? Kedua, apakah dia seorang yang dapat dipercayai untuk memberikan nasihat yang bijak? Jika ya, maka kamu harus memperhatikan kata-katanya.
Baca juga: Walau Dapat Kritikan Pedas, Film Joker Bisa Ingatkan Kita Soal Bahaya Gangguan Mental
Paulus
menunjukkan kemampuan kepemimpinannya dan pengabdiannya kepada panggilan Allah
dalam hidupnya melalui komitmen bertahun-tahun terhadap pelayanan. Dengan
mempertimbangkan hal ini, Petrus dapat percaya pada Paulus. Petrus juga tahu
bahwa tindakan dan hati Paulus dituntun oleh Roh Kudus.
3. Bersikap
reseptif (terbuka) dan apresiatif
Sebagai
rekan kerja, kita memiliki alasan untuk saling mempercayai satu sama lain. Apapun
yang akan kalian lakukan, yakinlah bahwa tujuannya adalah untuk memperbaiki
keadaan. Saling menyakinkan dan buatlah komitmen baru untuk tujuan bersama. Biarkan
dia tahu bahwa kamu menghargainya. Rasa syukur dapat meredakan ketegangan.
Seorang
teman menantang saya untuk mengevaluasi diri sendiri dan mencari arahan Tuhan
mengambil risiko. Dia berisiko menyakiti perasaanku untuk membawa perubahan
yang pada akhirnya akan meningkatkan hubungan kami. Setelah membawa masalah ini
kepada Allah dalam doa, saya memutuskn untuk berusaha memperbaiki diri sebagai
pelayan dan pendengar.
Kritik dapat menyakitkan jika kita membiarkannya untuk menyinggung. Namun sebagai anak Tuhan dan harus meresponnya dengan benar, kita dapat menjadikannya sebagai masukan dan memanfaatkannya.
Baca juga: Terima Kritikan, Paus Fransiskus: Suatu Kehormatan Mendapat Kritik dari Orang Amerika
Jika Paulus
dan Petrus dapat mengatasi banyak rintangan dalam pelayanannya, maka begitu
juga dengan kita. Menjadi rendah hati dengan mendengarkan orang lain juga bisa
menjadi rencana Tuhan untuk membentuk kita.