Beberapa Pendeta Meninggal Karena Corona, Apa yang Harus Dilakukan Gereja?
Sumber: Medcom

Nasional / 23 March 2020

Kalangan Sendiri

Beberapa Pendeta Meninggal Karena Corona, Apa yang Harus Dilakukan Gereja?

Lori Official Writer
4999

Sejak akhir pekan lalu, berita tentang meninggalnya pendeta dari beberapa gereja lokal akibat virus corona menjadi perbincangan di kalangan umat kristiani. Seperti dikabarkan bahwa dua pendeta itu jatuh sakit setelah menghadiri seminar dari GPIB di Hotel Aston Bogor pada 25-28 Februari 2020. Beberapa pendeta lain  juga dilaporkan meninggal dunia dengan diagnose infeksi virus corona.

Kabar ini tentunya membuat kekuatiran yang semakin besar khususnyabagi pihak gereja dan jemaat. Tapi perlu diketahui bahwa kasus serupa juga sempat terjadi di gereja-gereja di Singapura.

Virus corona yang sempat merebak di negara ini membuat semua pihak gereja Singapura harus mengambil langkah ekstrim yaitu penutupan gereja untuk sementara waktu. Karena salah satu cara penyebaran virus diyakini terjadi dari sebuah perkumpulan yang melibatkan banyak orang.

Untuk mengatasi dampak yang lebih besar, pihak gereja Singapura pun mengikuti aturan pemerintah dengan melakukan proses pemeriksaan, refleksi dan tindakan mandiri selama sebulan penuh.

Seluruh denominasi gereja pun diminta untuk meniadakan layanan minggu dan menutup sekolah-sekolah Kristen.

Ada 7 langkah yang dilakukan gereja Singapura dalam menanggulangi penyebaran virus selama sebulan belakangan ini, diantaranya:

1. Meniadakan ibadah gereja untuk sementara waktu

Meski pada awalnya di kalangan pendeta terjadi pertentangan dengan kebijakan penutupan gereja. Namun setelah berkali-kali mengadakan pertemuan akhirnya gereja memutuskan untuk memilih lebih bijaksana dalam menangani wabah virus ini. Namun gereja menekankan bahwa mereka tutup bukan karena rasa takut, melainkan menunjukkan bahwa wabah ini patut ditangani dengan serius.

"Ini adalah jalan yang sulit untuk dilalui, karena kami harus menyampaikan keselamatan kepada anggota kami, dengan cara menerapkan langkah-langkah kesehatan yang direkomendasikan, namun tidak menyerah pada iklim budaya ketakutan, kecemasan dan keegoisan. Kami melakukannya dengan memastikan bahwa kami tidak hanya mengkomunikasikan langkah-langkah itu tapi juga mendorong semua orang hidup sebagai umat Allah ," kata pendeta Andre Tan dari The City Church.

2. Menunjukkan kepemimpinan

“Di saat-saat krisis, orang-orang mencari kepemimpinan. Tanggung jawab pertama pemimpin adalah tetap tenang. Panik menyebabkan penglihatan kita tidak jelas, yang mengerikan adalah saat mengambil keputusan. Kepemimpinan yang kuat mengingatkan orang-orang bahwa Tuhan mengendalikan setiap situasi dan tidak pernah ada alasan untuk panik,” kata Ian Toh, pendeta dari Church 3: 16.

Dia juga menambahkan bahwa seorang pemimpin gereja harus bisa menjalankan perannya untuk melayani orang-orang yang takut.

“Pelajaran terbesar yang saya pelajari saat berurusan dengan COVID-19 adalah perlunya menjadi rendah hati sebagai pemimpin gereja. Ada begitu banyak yang tidak saya ketahui dan harus pelajari. Dan itu meningkatkan keinginan saya dan perlu mencari wajah Tuhan setiap hari,” ungkapnya.

3. Mengalihkan pelayanan ke teknologi

Gereja Bible Society of Singapore, misalnya, telah melakukan kebijakan dengan bermitra bersama ThunderQuote, startup terkait pengadaan yang didirikan oleh orang-orang Kristen, untuk meluncurkan Streams of Life, sebuah layanan streaming online yang bisa menyiarkan kegiatan gereja

“Ini adalah waktu yang indah bagi eklesia (gereja) untuk menggunakan kebijaksanaan praktis dan mengeksplorasi metode pelayanan yang kreatif,” kata tim Streams of Life di laman websitenya.

4. Lebih mengajak jemaat gereja untuk bertekun dalam doa

Gereja Katolik Singapura membuat kebijakan untuk menghadapi wabah corona dengan cara lebih banyak berdoa. Katedral St Andrew sendiri menerapkan doa bersama untuk wabah virus corona saat lonceng gereja berbunyi.

“Di saat-saat seperti ini persatuan adalah kuncinya. Kami percaya pada kekuatan perjanjian doa. Untuk saat seperti ini, kita butuh setiap orang percaya bangkit dan mencari Tuhan bersama-sama untuk Singapura,” kata LoveSingapore, sebuah gerakan doa dan persatuan gereja setempat.

5. Siap menghadapi kritik dan tekanan

Gereja-gereja Singapura siap menerima kritikan dan tekanan dari berbagai pihak, termasuk sesama gereja karena memilih untuk meniadakan ibadah. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa orang Kristen pun perlu menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi berkat bagi banyak orang.

“Jika kita menanggapi krisis ini dengan benar, itu bisa menjadi momen pemuridan yang menentukan bagi bangsa kita. Dalam menghadapi bahaya yang akan segera terjadi, prioritas kami diatur ulang. Ini adalah kesempatan besar untuk melakukan percakapan mendalam tentang apa yang kita hidupi. Apakah kita hidup untuk hal yang benar? Apakah kita berbaris di barisan yang tepat? Apakah kita diatur oleh nilai-nilai alkitabiah atau duniawi? Apakah kita hidup untuk hal yang benar-benar penting?” kata Pendeta Benny Ho, anggota dari komite LoveSingapore.

6. Saling mengasihi

Jika dunia memandang wabah virus ini sebagai ketakutan, gereja Singapura justru melihatnya sebagai kesempatan untuk menyatakan kasih Tuhan kepada sesama.

“Setelah menerapkan langkah-langkah yang diperlukan di gereja, kami menyadari bahwa krisis ini telah menghadirkan kesempatan untuk membantu dan menjangkau masyarakat,” kata Lim Lip Yong, pendeta eksekutif Gereja Komunitas Cornerstone.

7. Gereja mengubah kabar buruk menjadi kabar baik tentang Yesus

“Dunia sedang menghadapi infeksi virus yang jauh lebh besar dari semua virus yang pernah kita kenal sepanjang sejarahnya. Virus itu adalah dosa. Dan dengan virus ini, sama sekali tidak ada kekebalan, tidak ada yang selamat, dan tidak ada harapan. Dan dia menginfeksi 100% dari seluruh umat manusia. Tidak ada yang terhindar dari virus ini,” kata Edmund Chan, mentor dari Covenant Evangelical Free Church.

Meskipun gereja di Singapura tidak mengalami kehilangan para pemimpinnya seperti yang dialami oleh Indonesia. Namun langkah-langkah ini akan sangat berguna untuk kita terapkan di gereja-gereja kita selama masa wabah corona saat ini. Jangan takut dan panic, sebaliknya bersatulah dalam doa dan minta perlindungan dari Tuhan.

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami