Penelitian terbaru yang dilakukan oleh lembaga riset internasional Barna menemukan fakta bahwa generasi muda memiliki perhatian yang besar pada isu global seperti korupsi, perubahan iklim, polusi, rasisme dan kemiskinan. Namun, hanya sedikit yang merasa gereja membantu mereka mengerti lebih baik tentang keadilan sosial, kemiskinan dan orang-orang yang termarjinalkan.
Melihat fenomena ini, Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama para mitra mengadakan Church Leader Gathering bertema "Bringing Shalom Across Generations" yang membahas mengenai tantangan serta peluang gereja dalam mempersiapkan generasi muda menjadi pemimpin masa depan di Hotel Millenium Kebon Sirih, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Senin, 10 Februari 2020 kemarin.
Gereja memiliki peluang besar untuk mendukung kesiapan generasi muda menghadapi tantangan zaman. Akan tetapi berdasarkan survey Barna terungkap hanya 20-33% generasi muda di Indonesia yang merasa gereja menolong mereka memahami kemiskinan dan keadilan sosial. Ditemukan juga bahwa hanya 15% generasi muda Indonesia yang merasa terinspirasi untuk menjadi pemimpin karena keteladanan seseorang di gereja, dan hanya 9% yang merasa mendapatkan pelatihan kepemimpinan dari gerejanya. Padahal gereja membutuhkan mereka sebagai pemimpin-pemimpin di masa depan.
"Generasi ini tidak ingin menjadi konsumen, mereka ingin menjadi kontributor. Libatkan mereka. Jika tidak, maka mereka tidak akan ada di masa depan (untuk gereja," kata David Kinnaman, Presiden Barna Group.
Generasi muda ini, disebutkan Kinnaman, mengharapkan gereja memberi kesempatan yang konkrit untuk mereka dapat berkembang.Mereka ingin gereja menjadi laboratorium kepemimpinan, bukan hanya menjadi tempat untuk membangun spiritualitas. Mereka mengharapkan iman mereka bersinggungan dengan realitas kehidupan dan dapat berkontribusi dalam mengatasi berbagai isu.
Baca Juga: Prihatin Atas Gempa Lombok, Lembaga Sosial Kristen Ini Akhirnya Kirimkan Bantuan
Pemimpin muda Kristiani yang diharapkan tentunya memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, mengenal dirinya dengan baik, memiliki hubungan dengan orang lain dan juga terhubung dengan dunia luar. Dengan demikian, gereja perlu merespon kebutuhan spiritualitas tersebut dalam menjawab kecemasan yang tinggi dan kebutuhan akan aktualisasi diri dalam dunia nyata pada generasi muda.
Ketua Dewan Pembina Bilangan Research Center Bambang Budijanto mengatakan, intervensi yang perlu diambil oleh gereja untuk menolong generasi muda memperdalam spiritualitas mereka antara lain, membuat komunitas yang kuat, memiliki kepemimpinan melalui peneladanan, pemberitahuan firman yang berbobot dan relevan, mempersiapkan mentor-mentor yang handal, melibatkan generasi muda dalam program yang inovatif, memberi tantangan dan tanggung jawab bagi generasi muda, serta membangun tim kepemimpinan antargenerasi.
Bagi WVI, gereja adalah mitra tak tergantikan dalam melakukan program-program transformasional yang holistic bersama masyarakat. Program Saluran Harapan Perlindungan Anak dan Pengasuhan Dengan Cinta telah melibatkan para pemimpin gereja, orang tua dan anak sendiri dalam mewujudkan kasih Allah melalui aksi perlindungan anak di lebih dari 40 wilayah di Indonesia. Untuk menjangkau generasi muda, WVI juga terus berupaya menjangkau mereka dengan menjadi volunteer dalam kegiatan kepedulian sosial.
Melalui acara ini, gereja-gereja di Indonesia diharapkan menyadari tantangan apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh generasi muda. Dan menemukan solusi untuk, bukan hanya membantu anak muda keluar dari masalah, tapi bekerja sama dengan mereka untuk mengarahkan dan membimbing sesuai dengan kebutuhan mereka di masa ini.
Sumber : Jawaban.com