Belakangan ini, Indonesia dikejutkan kehadiran kerajaan-kerajaan
baru. Seperti contoh hadirnya Keraton Agung Sejagat di Purwokerto yang
dideklarasikan oleh pasangan suami istri, Totok Santoso sebagai raja dan Fanni Aninandia
sebagai ratunya. Gak tanggung-tanggung, pasangan ini bahkan punya bangunan keraton yang dibangun layaknya sebuah kerajaan.
Menyusul kehadiran Keraton Agung Sejagat, muncul pula Kerajaan
Sunda Empire yang dipimpin oleh Raden Rangga Sasana dan kerajaan baru bernama King
of The King di Tangerang, Banten. Pendirinya sendiri bernama Dony Pedro yang mengklaim
diri sebagai raja di atas segala raja dan dialah yang melantik presiden dan raja-raja di dunia.
Setelah dilakukan penyelidikan, ketiga kerajaan ini ternyata punya
motif lain dimana ketiganya mengklaim punya kekayaan dalam jumlah besar. Dengan
iming-iming mendapat sejumlah uang, para pemimpin tiga kerajaan ini berhasil meyakinkan pengikutnya.
Lalu apa sebenarnya motif dari kemunculan kerajaan ini?
Para pengamat sosial dan budaya menilai kalau kemunculan kerajaan-kerajaan
baru ini bisa terinspirasi dari masih diakuinya keberadaan beberapa kerajaan di
Indonesia. Apalagi beberapa raja dan sultan se-Nusantara pernah mengadakan pertemuan beberapa kali dengan Presiden.
Dan di sisi lain, kemunculan kerajaan ini juga bisa ditengarai
oleh motif yang tidak baik, seperti ingin mendapatkan keuntungan pribadi dari orang
lain. Hal ini pun terbukti dari ketiga kerajaan baru di atas yang mengimingi keuntungan dalam jumla besar kepada pengikutnya.
Bagaimana orang Kristen seharusnya menyikapi fenomena ini?
Mari belajar tentang apa sebenarnya arti sebuah kerajaan dari sudut pandang sejarah dan juga Alkitab.
Arti Kerajaan Menurut Sejarah
Kerajaan adalah sebidang tanah yang di atasnya dibangun
sebuah bangunan yang dipimpin oleh seorang raja atau ratu. Kerajaan sering disebut
monarki, yang berarti satu orang dan biasanya diwariskan kepada garis keturunan seorang raja.
Kerajaan sendiri adalah kelompok masyarakat paling pertama di
dunia, sejak ribuan tahun yang lalu. Sepanjang sejarah kehidupan, terdapat ribuan
kerajaan. Satu kerajaan bisa sangat besar seperti halnya Kerajaan Inggris. Atau kerajaan bsia sangat kecil seperti Kerajaan Brunei.
Sebuah kerajaan sendiri tidak dipimpin secara mutlak oleh raja
atau ratu. Tapi kerajaannya biasanya akan dipecah menjadi wilayah yang lebih
kecil, seperti negara, kota atau provinsi. Dan setiap wilayah ini akan dipimpin
oleh seorang pejabat yang terpilih. Raja dan ratu sama sekali tidak ikut campur
mengendalikan pemerintahan karena semua tugas diembankan kepada pejabat yang dipercayakan
di setiap wilayah. Sementara penetapan undang-undang dilakukan oleh pemimpin dan lembaga konstitusi yang terpilih.
Kerajaan Menurut Alkitab
Di masa Alkitab ada banyak kisah kerajaan yang disebutkan di
sana. Pada awalnya kata raja ditemukan dalam budaya Mesir, Mesopotamia, Asyur, Babilonia, Kanaan, Palestina, Edom, Moab dan sebagainya.
Formasi kerajaan pertama kali dituliskan di Perjanjian Lama Habakuk
9: 2 dan 1 Samuel 8: 11-17. Kata kerajaan atau dalam bahasa Ibrani ‘melek’ ini digunakan
sebagai istilah untuk Allah Israel. Selanjutnya diadopsi oleh Mesopotamia, Mesir,
Suriah (baca 2 Samuel 3: 21 dan Nehemia 2: 3). Hal ini membuktikan bahwa
penggunaan kata raja di Perjanjian Lama dan budaya kerajaan Kanaan merupakan sebuah totalitas pemerintahan kerajaan sebagaimana imam merangkap sebagai raja.
Pemilihan raja Saul sendiri adalah tonggak awal kerajaan Israel. Lalu dilanjutkan oleh Raja Daud, Raja Salomo dan seterusnya.
Namun uniknya, kekuasaan sebagai raja sendiri diterima oleh Saul,
Daud dan Salomo langsung dari Tuhan. Mereka dipilih dan diurapi sebagai raja terbesar
dalam sejarah kekristenan oleh Allah sendiri. Hal ini tentu saja memunculkan pertanyaan bahwa raja dan kerajaan di dunia gak terlepas dari kedaulatan Tuhan.
Baca juga:
Mengejar Kerajaan Surga Seperti Perumpamaan Tentang Harta Terpendam dan Mutiara Berharga
7 Kunci Supaya Hidupmu Berdampak Besar Bagi Dunia dan Kerajaan Allah
Peran Tuhan Dalam Sebuah Kerajaan
Istilah kerajaan Allah ditulis berulang kali di Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Hal ini membuktikan bahwa di atas dari segala kerajaan
di dunia, ada kerajaan lain yaitu Kerajaan Allah atau yang kita kenal dengan Kerajaan Surga.
Istilah Kerajaan Allah yang disebut di dalam Alkitab disebutkan
dalam beberapa cara seperti contoh dalam Matius 6: 33, Markus 1: 14-15 dan Lukas 4: 43. Dan semua ayat ini merujuk pada Kerajaan Kristus.
Yohanes pembaptis sendiri memakai kata ‘Kerajaan Allah’ dalam
pelayanannya. “Bertobatlah, karena kerajaan Allah sudah dekat.” (Matius 3: 2). Dan
Yesus sendiri mengajarkan hal ini juga kepada murid-murid-Nya tentang cara berdoa untuk mendatangkan ‘Kerajaan Allah’ (Matius 6: 10).
Sementara di dalam kisah perjamuan terakhir, Yesus juga menyampaikan
bahwa dia tak akan minum buah anggur sampai hari ketika Dia meminumnya di Kerajaan Allah (Markus 14: 25).
Dalam kekristenan, kita mengenal satu kerajaan yang kekal yaitu
Kerajaan Allah.
Tuhan lalu mengungkapkan makna mimpi itu melalui Daniel, menunjukkan bahwa akan ada empat kerajaan yang berkuasa di dunia (Daniel 2: 31-43). Sejarah telah menunjukkan ini sebagai kekaisaran Babilonia, Media-Persia, Yunani-Makedonia dan Romawi.
Sebagai penutup penjelasan ini, Daniel menulis, “Dan pada zaman raja-raja ini, Allah surgawi akan mendirikan kerajaan yang tidak akan pernah dihancurkan; dan kerajaan tidak akan diserahkan kepada orang lain; tidak akan hancur berkeping-keping dan memakan semua kerajaan ini, dan itu akan berdiri selamanya ”(ayat 44). Kerajaan Allah dengan demikian akan menggantikan pemerintahan dunia ini.
Kerajaan Allah akan ditegakkan di bumi ketika Yesus kembali. Waktu ketika Kerajaan didirikan adalah setelah Kristus kembali ke bumi. Wahyu 11:15 menyatakan: "Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."
Kita menghadirkan Kerajaan dengan hidup sesuai dengan aturan Kerajaan. Bagaimana seseorang dapat memasuki Kerajaan Allah, Yesus memberi tahu Nikodemus bahwa seseorang harus “dilahirkan kembali” (Yohanes 3: 1-8). Proses ini dimulai dengan baptisan, yang menandakan kematian manusia yang berdosa dan awal kehidupan baru yang dipersembahkan bagi Kristus (Roma 6: 1-4).
Itu memuncak dalam perubahan dari daging dan darah manusia menjadi roh abadi pada kedatangan Kristus (1 Korintus 15: 50-53; 1 Tesalonika 4: 16-17).
Begitu kita memulai proses ini, kita secara simbolis "dibawa" ke dalam Kerajaan (Kolose 1:13), dan "kewarganegaraan" kita sekarang digambarkan berada di surga (Filipi 3:20). Pada akhir proses dilahirkan kembali, kita akan diubah menjadi makhluk abadi dan menjadi raja dan imam yang melayani di Kerajaan Allah di bumi (Wahyu 1: 6; Wahyu 5:10).
Sebagai penguasa alam semesta, Allah bertahta atas kerajaan surga sampai selama-lamanya.
“Tetapi
pada zaman raja-raja, Allah semensta langit akan mendirikan suatu kerajaan yang
tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan kekuasaan tidak akan beralih lagi
kepada bangsa lain: kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya..” (Daniel 2: 44)
Berbeda dengan kerajaan buatan manusia, dimana setelah masa
kejayaannya dia bisa punah, hilang dan hanya tinggal sejarah.
Karena itu respon yang sebaiknya orang Kristen sampaikan dengan
munculnya tren kerajaan-kerajaan belakangan ini adalah tetap tenang. Saat sebuah
kerajaan dibangun hanya dengan motif uang atau motif lain yang tidak benar, kerajaan
itu gak akan menunggu lama untuk punah. Sebaliknya, saat sebuah kerajaan dibangun
karena ada urapan Tuhan atas pemimpinnya, maka kerajaan itu akan menjadi kesukaan
bagi dunia. Bahkan dipakai sebagai rekan semitra Tuhan untuk menyatakan kebenaran
firman-Nya bagi dunia.