Bisa gak
kamu membayangkan bagaimana pasangan Kristen memilih berdoa sebelum hidup bersama tanpa ikatan pernikahan?
Atau apakah
kamu pernah terpikir bagaimana mungkin seorang wanita Kristen memilih berdoa lebih dulu untuk memutuskan apakah dia akan menikahi seorang pria yang gak percaya?
Bisa gak
sih kamu memahami bagaimana seorang pengusaha Kristen harus berdoa untuk melakukan transaksi yang tidak jujur?
Firman Tuhan sangat jelas menyampaikan, bahwa berdoa adalah tindakan untuk membawa kita bisa membedakan mana kehendak Allah dan bukan kehendak Allah. Doa adalah cara orang percaya untuk terlepas dari tindakan penipuan atau menghindari tindakan yang bertentangan dengan perintah Tuhan.
Baca Juga: Kalau Tuhan Punya Banyak Pekerjaan di Dunia Ini, Apa Dia Peduli Hal Kecil di Hidup Kita?
Sayangnya,
banyak orang Kristen saat ini menekankan pandangan yang salah tentang kasih
karunia Tuhan dimana kasih itu juga mencakup penebusan atas kehendak bebas mereka yang bertentangan dengan firman-Nya.
Tragisnya,
mereka meyakini bahwa kehidupan Kristen bisa dijalani tanpa kewajiban yang
mengikat pada hukum moral Allah. Di tengah ketimpangan inilah, ketaatan kita mulai
hilang. Perintah Tuhan gak lagi jadi kemudi utama dalam kehidupan kekristenan kita.
Sebaliknya, kita menempatkannya sebagai sesuatu yang gak relevan lagi dalam hidup kita.
Kita hanya akan memakai firman Tuhan disaat-saat genting dalam kehidupan kita saja.
Bagi semua orang
percaya, ketaatan itu gak punya batasan. Inti dari menjadi murid Tuhan adalah hidup
dalam pengabdian yang penuh kasih kepada Tuhan. Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14: 15)
Artinya, saat kita mengasihi Tuhan dengan tulus, maka kita akan sepenuhnya menaati-Nya.
Bukan berarti
dia hidup tanpa dosa. Karena gak ada manusia yang hidup dengan kesempurnaan. Orang
percaya juga gak mungkin gak pernah melanggar perintah Tuhan. Kadang kita juga akan melanggar perintah Tuhan. Tapi menjadi lahir baru memberikan kita hati yang baru untuk kembali menaati firman-Nya.
“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru
di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan
dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang
taat.Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu
hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” (Yehezkiel 36: 26-27).
Saat kita mengalami
transformasi ini, Tuhan akan menggerakkan roh-Nya sendiri. Dan saat itulah kita akan secara teguh menuruti perintah-perintah-Nya (1 Yohanes 2: 3).
Dalam
kelahiran baru, umat pilihan Tuhan diberikan iman sebagai jalan keselamatan dan dengan hal itulah mereka mulai berjalan dalam ketaatan iman (Roma 1: 5).
Gak ada
batas waktu antara waktu pertobatan dan ketaatan kepada Tuhan. Latihan iman yang menyelamatkan adalah langkah pertama dari ketaatan.
Yesus sendiri memerintahkan kita untuk bertobat dan percaya
kepada injil (Markus 1: 14-15). Injil bukan sekadar tawaran yang perlu
dipertimbangkan dengan akal pikiran kita, tapi itu adalah firman Tuhan yang harus ditaati. Injil adalah harga mutlak dari keselamatan.
Dalam Yohanes
3: 36 dikatakan bahwa barangsiapa percaya di dalam Anak, dia akan memperoleh hidup
yang kekal dan barang siapa tidak menaati Anak tidak akan melihat hidup. Artinya,
setiap orang yang percaya akan taat kepada Yesus. Dua hal ini sejalan dan gak pernah bisa berjalan sendiri-sendiri.
Pada saat
mengalami pertobatan, kita mengalihkan kesetiaan kita dari tuan lama kita, dosa
kita kepada tuan yang baru yaitu Yesus Kristus. Paulus menjelaskan, “Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu
menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu
adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin
kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?” (Roma 6: 16)
Di ayat
ini, disebutkan bahwa budak hidup dalam ketaatan kepada tuannya yang berkuasa
atasnya. Dalam pertobatan, ada pertukaran, pelepasan ikatan yang lama dari dosa kepada kesetiaan baru kita kepada Tuhan Yesus Kristus.
Lebih jauh,
Paulus menekankan kebenaran bahwa ‘Dahulu
memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati
pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.’ (Roma 6: 17-18)
Sebelum bertobat,
kita adalah hamba dosa dan hidup dalam ketaatan kita terhadap dosa. Tapi setelah
mengalami pertobatan, kita menjadi hamba kebenaran yaitu Kristus sendiri dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Di
sepanjang kehidupan Kristen seseorang, Yohanes mengklaim bahwa orang percaya sejati
akan terus menaati perintah Tuhan. Dalam hal ini, ketaatan itu diusahakan terus
menerus. Sama seperti seorang penjaga atau pengawas yang mengawasi harta yang tak
ternilai. Dengan cara yang sama, orang yang mengenal Tuhan akan mengawasi dengan
ketat semua yang dituntut oleh firman-Nya. “Sebab
inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat..” (1 Yohanes 5: 3)
Perintah itu
adalah berkat yang diberikan Tuhan atas kita (Mazmur 1: 1). Setiap langkah ketaatan
hati akan menuntun kita kepada kelimpahan di dalam Kristus. Sebaliknya,
ketidaktaatan akan menuntun kita semakin jauh dari sekacita dan kebaikan Tuhan.
Ketaatan yang
tulus dan murni itu biasanya lahir dari kasih kita kepada Tuhan. Jadi kita gak
perlu bertanya lagi apakah kita perlu mematuhi firman Tuhan? Karena jawabannya mutlak
bahwa kita harus menaati firman-Nya dengan segenap hidup kita.