Seorang pendeta kulit putih baru-baru ini dipilih oleh jemaat yang didominasi kulit hitam untuk menjadi pemimpin mereka.
Pemimpin asal Texas ini disebut-sebut sebagai lambang kesetiaan karena mau menjadi pendeta berkulit putih.
Atas kepercayaan dalam kepemimpinannya yang baru ini, Pastor Jack Teeler mengucap syukur kepada Tuhan.
"Saya berterimakasih kepada Tuhan atas momen yang unik
dan berbeda ini. Ini sangat berbeda bagiku, "katanya kepada NBCDFW pada
saat pelantikannya mengambil peran barunya sebagai pendeta di Harvey Avenue Baptist Church.
"Saya tidak mengajukan diri, tapi mereka memanggil saya.
Mereka mengatakan bahwa Tuhan meletakkannya di dalam hati mereka, " kenang Teeler.
Selama 53 tahun Harvey Avenue Baptist Church ini dipimpin oleh Pdt. Robert Rogers, dan beliau baru meninggal di awal musim panas kemarin.
Nggak lama setelah kematian pendeta Rogers, para diakon gereja
mulai berdoa dan menjangkau Teeler untuk mau melayani sebagai asisten pendeta
di Gereja Baptist Mount Moriah Barat di Como. Mereka juga memintanya untuk
berkotbah di hari Minggu dan merasa merasa diberkati dan senang. Anggota gereja merasakan koneksi yang begitu kuat.
"Pastor Teeler, saya ingin menyiapkan makan siang untuk
kalian semua, " kata Shirley Mayes (77), sekretaris gereja yang juga bekerja dengan Rogers selama 50 tahunan.
"Aku bisa bercerita banyak tentang dia, dia pria yang hebat, penuh kasih dan perhatian."
Baca Juga : Kecelakaan Pesawat, 9 Orang Dinyatakan Meninggal. Hati-hati Buat Yang Mau Liburan Ya!
Saat bekerja dengan Campbell pun, Teeler mengatakan bahwa mereka memiliki hubunga yang baik.
"Aku senang, aku melakukan apa yang perlu kulakukan dan
aku asistennya," kata Wendell Campbell yang pernah memimpin Gereja Baptist
Mount Moriah Barat selama satu dekade dan memanggil Teeler "lambang kesetiaan."
Dibesarkan oleh seorang ibu tunggal, Teeler bekerja di sebuah
pom bensin ketika masih muda dan menghasilkan 50 dollar per minggu untuk
membantu pendapatan keluarganya. Menurut Forth Worth Business Press, Teeler juga dikenal sebagai orang yang suka memotivasi dan berceramah.
Pada tahun 2016, dia dan istrinya Brenda yang adalah keturunan Afrika-Amerika menyumbang sebanyak 50 pasang kaca mata hitam keada Kepolisian Forth Worth.
Sementara ia dibesarkan di gereja yang didominasi kulit putih,
Teeler yang sudah menikah selama 27 tahun tersebut memutuskan untuk mengunjungi gereja berkulit hitam beberapa tahun yang lalu. Hal itu pun mengubah hidupnya.
"Cara hidup pengkotbah Afrika-Amerika itu cukup harmonis.
Ada sesuatu yang berbeda dan tidak membosankan. Tuhan akan terus melakukan hal
seperti ini. Dia akan menyertai kamu, tidak peduli apapun yang kamu alami," katanya.
Terlepas dari situasi yang unik dimana dia sebagai pemimpin di
gereja berkulit hitam. Teeler tetap percaya bahwa masyarakat bisa belajar untuk saling menerima dan melintasi garis ras.
"Saya percaya, kita semua manusia. Saya tidak percaya
bahwa mereka akan melihat warna kulit. Kalau mereka sampai punya prasangka
dipikiran atau dalam hati mereka, maka mereka nggak akan mungkin memanggil orang kulit putih kesini untuk berkotbah.
"Moto kami disini adalah tidak peduli warna kulit kamu,
kita semua sama. Kami menaruh label pada mereka, kami menyebut gereja itu
adalah gereja berkulit putih, gereja berkulit hitam dan gereja Hispanik. Kami
menyebutnya demikian karena dalam Alkitab pun tidak ada perbedaan. Gereja ya
gereja," lanjutnya.
Wah, sebuah kabar yang luar biasa ya! Semoga persatuan seperti
ini terus menerus berkembang buat negara luar dan Indonesia. Biar semua suku
dan bangsa bersatu menjadi berkat dan memuliakan nama Tuhan. Menjadi kekuatan
dan benteng pertahanan yang kuat sehingga nama Tuhan semakin nyata atas
bangsa-bangsa. Amen