Gereja paroki Anglikan di Inggris memicu sebuah kontroversi
dengan berencana mengundang umat Islam untuk sholat di gereja serta menawarkan
diri untuk menutupi gambar Yesus dan juga salib.
Dilansir dari CBNnews, The Sunday Times melaporkan bahwa Pendeta Lissa
Scott dan Gerland Lee, mantan walikota Darlington, memang berniat mengadakan
perayaan Ramadhan di gereja St. Matthew dan St. Luke di Darlington pada 2 Juni
nanti. Mereka akan mengundang umat Islam dari jemaah masjid terdekat untuk
ibadah sholat di dalam gereja. Sementara itu, perayaan ini dilakukan untuk
merayakan keberagamaan antar umat beragama.
Menurut catatan The Sunday Times, para pemimpin gereja berjanji menutupi salib
dan juga gambar Yesus.
Gambar Yesus yang akan ditutupi merupakan salinan dari The
Light of the World, yaitu lukisan terkenal dunia karya pendiri Persaudaraan Pra-Raphaelite
Inggris William Holman Hunt. Nah, lukisan ini
menggambarkan sebuah ilustrasi Yesus Kristus mengetuk pintu yang tertutup, yang
artinya lambang manusia yang pikirannya tertutup.
Namun, Keuskupan Durham malah turun tangan dan mengatakan
kepada gereja bahwa rencana itu harus dihentikan.
Alasannya karena menurut hukum kanonik, tindakan ibadah dari
tradisi kepercayaan non-Kristen tidak diizinkan di dalam gedung gereja Inggris yang telah
disucikan.
"Meskipun sangat penting untuk membangun hubungan antar agama yang baik, jelas bahwa tindakan ibadah dari tradisi kepercayaan non-Kristen tidak diizinkan di dalam gedung Gereja Inggris yang telah disucikan," kata seorang juru bicara keuskupan kepada banyak orang.
"Ini adalah posisi hukum yang diuraikan dalam Kanon B1 /
2/3 dan B5 Bagian 3 di mana ia menyatakan: 'semua bentuk layanan yang digunakan
berdasarkan Canon ini akan dihormati dan secara pantas
dan tidak akan bertentangan, atau menunjukkan adanya peralihan
dari, doktrin Gereja Inggris untuk hal-hal utama
'. "
Juru bicara itu mengatakan doa-doa Muslim atau sholat tetap
akan diadakan tetapi di sebuah gedung persis
di dekat gereja, dan seluruh komunitas akan bertemu di gereja untuk berbuka puasa.
Rt. Pendeta Dr. Gavin Ashenden, seorang mantan pendeta untuk
Ratu Elizabeth mengutuk rencana awal untuk
menjadi tuan rumah dalam doa sholat Ramadhan tersebut.
“Mereka menyadari bahwa pendeta itu
membuat kesalahan bodoh, tetapi saya bersyukur itu terjadi karena hal itu
meningkatkan perhatian public pada isu penting yang perlu diperhatikan, yaitu
Islam dan Kekristenan bukan sepupu Abrahamik di agama Timur Tengah. Mereka sebenarnya antithesis satu sama lain,"
ujar Ashenden, seperti dikutip The Times, Senin (20/5/2019).