Sudah setahun berlalu, tampaknya masih ada hal yang tertinggal
dari tragedi perih bom bunuh diri yang mengguncang kota Surabaya tanggal 13 Mei 2018 silam.
Salah satunya adalah nasib anak-anak pelaku. Dikutip dari
TribunNews, sampai hari ini anak-anak pelaku bom bunuh diri yaitu pasutri Tri
Murtiono dan Tri Ernawati masih belum bisa menjalin komunikasi dengan siapapun, dan tidak begitu mudah, apalagi wartawan.
"Keluarga masih tidak mau menerima orang asing terutama
wartawan. Bila ada yang mencari informasi atau keperluan disarankan ke saya.
Kalau sama warga sini ataupun orang yang dikenal mereka terbuka," kata
Kukuh Santoso, Ketua RT 9 Krukah Selatan, Kelurahan Ngangel Rejo, Wonokromo, Surabaya, Jumat (10/5/19)
Dalam peristiwa tersebut, dua anak laki-laki pelaku mati
bersama orangtuanya, sementara itu salah satu anak perempuannya berusia 7 tahun berhasil diselamatkan.
Sampai saat ini, gadis kecil yang malang tersebut sedang
dirawat di tempat rehabilitasi yang langsung dibawahi oleh pengawasan dari Kementrian Sosial bersama 6 anak korban bomber lainnya.
Menurut Kukuh Santoso, keluarga pelaku masih sangat terpukul atas tragedi itu, sehingga mereka semua memutuskan untuk menutup diri.
"Kejadian itu (bom bunuh diri) masih membekas di benak
keluarga. Setiap ada orang atau wartawan yang mencari informasi terkait hal itu, pasti bakal ditolak," ujarnya.
Meski demikian, warga tetap merangkul keluarga korban dengan kasih tanpa menjauhinya sekalipun keluarganya adalah teroris.
"Warga tidak mendiskriminasi dan tak membeda-bedakan.
Entah itu mantan napi ataupun keluarga teroris. Semua kami rangkul," tegas
kukuh.
Puji Tuhan, jika Indonesia masih terus penuh dengan kasih
Allah. Biarlah terus begitu ya. Jangan membenci orangnya melainkan dosanya,
sebab itulah yang Tuhan juga lakukan kepada kita. Semoga Indonesia terus berada
di bawah penjagaan Tuhan. Amin.