Singles, apa kamu salah satu tipe pengoleksi barang? Seperti mobil,
pakaian, alat make up, perabotan rumah,
gadget dan yang lainnya. Saat melakukannya, yang mana dari beberapa pertanyaan ini yang benar-benar kamu rasakan?
1. Apakah kebiasaan mengoleksi ini membuatmu benar-benar bahagia?
2. Apakah barang-barang itu dibeli hanya karena keinginan mata saja dan gak benar-benar memakai?
3. Apa barang-barang koleksimu didapatkan karena kamu mampu atau justru kamu mendapatnya walau keuanganmu tidak mendukung?
4 Apa kamu membelinya dengan cara kredit atau ngutang?
5. Apakah barang-barang koleksimu sama sekali gak mempengaruhi panggilanmu?
6. Apakah kamu benar-benar merawat barang-barang itu dengan baik?
7. Dan pertanyaan yang paling penting adalah apakah kamu menyadari
kalau kamu hanya mengoleksi benda? Dan apakah benda itu justru mengubah identitasmu dan merasa utuh jika menggunakan benda itu bersamamu?
Kalau kamu merasa pertanyaan-pertanyaan ini sedikit mengisikmu, mungkin ada ikatan yang harus kamu lepaskan.
Tapi sebelumnya, mari mencari tahu apakah yang sebenarnya disampaikan oleh Alkitab tentang kebiasaan atau gaya hidup seperti ini.
Di bagian ayat Khotbah di Bukit, Yesus menjelaskan bagaimana kita harus bersikap dengan harta benda yang kita punya di dunia ini.
“Janganlah
kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan
pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;
di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar
serta mencurinya.Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Matius 6: 19-21)
Ini adalah ayat yang mengingatkan kita soal cara hidup terkait benda yang kita punya dan bukan uang. Kita dipanggil untuk menaruh iman kita bukan pada hal-hal yang mengisi garasi dan lemari (atau rekening bank) kita.
Baca Juga :
9 Tips Mengerem Hasrat Si Shopaholic
Tiga Ciri Orang yang Shopaholic
Tentu saja tak salah untuk membeli barang-barang itu dan
memakainya. Tapi yang tidak sesuai adalah cara pandang yang salah terhadap barang-barang
koleksi kita yaitu saat kita membiarkan barang-barang itu menguasai diri kita
dan membuat kita gak bisa membedakan mana hal yang kurang penting dan yang lebih penting.
Tuhan mau kita, khususnya kamu yang masih lajang dan mampu
menghidupi dirimu sendiri, untuk menyadari bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan.
Tuhan mau kita jadi pribadi yang mudah bersyukur. Yang membuat kita jadi pribadi yang menemukan identitas dan kepuasan di dalam Dia.
Cara pandang seperti inilah yang diinginkan Tuhan darimu lewat barang-barang yang kamu punya.
Sebaliknya, saat kita gak pernah merasa puas dengan apa yang kita
punya, kita akan selalu kembali ke toko favorit kita. Kita akan selalu memenuhi
apa yang kita anggap bisa membuat kita terlihat lebih dan menemukan kebahagiaan. Kebiasaan ini hanya akan membuatmu lelah.
Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menyampaikan soal
dampak positif dari memiliki kepuasan diri (I Timotius 6: 6-8). Jadi, benda-benda mati yang kamu koleksi sama sekali tidak menentukan identitasmu.
Inilah yang Yesus sampaikan dalam Lukas 12: 15, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap
segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya
tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” Dengan kata lain, kita gak
akan mengalami kepuasan sejati dari apa yang kita miliki, atau apa yang kita
beli dan belanjakan. Kita tidak akan menemukannya dengan cara ikut-ikutan dengan
teman, saudara dan tetangga.
Jadi, yuk luangkan waktu untuk mempertimbangkan hubungan kita
dengan barang-barang koleksian kita. Dan pastikan membeli barang baru sesuai
dengan alasan yang tepat. Identitas dan pemenuhan kita tidak boleh kita taruh pada
hal-hal materi. Kita harus menaruhnya di dalam Yesus.