Di jaman
sekarang, media sosial telah menjadi tempat dimana semua orang membangun
hubungan, bertemu dengan orang baru, tempat berbagi ide baru dan bahkan saling berbagi
kehidupan. Sosial media menjadi tempat yang memampukan semua orang bisa berinteraksi melalui layar.
Bukankah hal
ini adalah fungsi gereja yang kita tahu? Gereja adalah tempat berkumpul,
belajar, bertukar ide, bertumbuh dan sama-sama merayakan kemenangan bersama. Ini
adalah tempat yang mampu mengubah hidup dan memperkuat hubungan satu sama lain diantara orang percaya.
Waktu kita login
ke Facebook, kita mungkin akan melihat orang-orang yang tampil dengan perawakan
dan perilaku yang baik. Mereka juga kadang akan memamerkan rumah mewah mereka, liburan
keluarga yang sempurna, makanan yang nikmat atau bahkan pakaian yang bermerk. Jarang
sekali ada orang yang akan memposting tumpukan baju kotor di keranjang, setumpuk
tagihan yang masih perlu dibayar dan bahkan hubungan dengan pasangan dan anak-anak yang berantakan.
Pandangan sempurna di sosial media pada akhirnya merembes ke dalam gereja. Saat kita masuk ke gereja, sebagian besar orang mulai berpura-pura baik dan punya kehidupan yang sempurna. Mungkin mereka meyakini kalau mereka tampak baik-baik saja, maka semuanya akan baik-baik saja. Orang-orang yang datang ke gereja pun merasa tak lagi butuh bantuan dari pemimpinnya ataupun saudara seiman lainnya. Sebagian berpura-pura karena menghindari perlakuan dikasihani.
Baca Juga :
Ini 5 Kebiasaan Sederhana yang Bisa Bikin Kamu Fasih Berdoa
Apakah Kamu Menginginkan Kesempurnaan? Tak Ada Yang Sempurna Kecuali Allah!
Tapi tahu gak sih, pandangan itu sebenarnya keliru!
Gak ada yang
sempurna di dunia ini. Kita adalah orang yang gak sempurna dan menunjukkan kelemahan kita sama sekali bukan hal yang tabu.
Bacalah semua
isi Alkitab. Semuanya akan sempurna kalau Tuhan menulis buku tentang orang-orang
yang sempurna di dunia yang sempurna untuk melakukan hal-hal yang sempurna. Akan
ada kisah-kisah orang sempurna yang kita baca. Tapi sayangnya, cerita yang kita dengar sekarang pasti akan sangat berbeda dengan versi sempurnanya.
Kalau
semuanya sempurna maka gak akan ada salib, gak akan ada kebangkitan dan gak
akan hadir Yesus Kristus sebagai juruslamat. Kalau dunia ini sempurna apa gunanya kematian Yesus?
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah..” (Roma 3: 23)
Kalau Alkitab disusun dari semua cerita sempurna
tentang orang-orang yang sempurna, Alkitab pasti akan jadi buku yang sangat membosankan dan gak lagi penting untuk menginspirasi orang lain.
Tuhan sendiri
justru menunjukkan kepada kita kalau Dia bekerja melalui orang-orang yang berdosa,
seperti pemabuk, pencuri, pelacur, pembunuh dan sebagainya. Justru dengan hal itulah Tuhan mengubah hidup mereka dan memakai mereka dengan caraNya yang ajaib.
Tuhan meminta
kita menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tapi Dia tidak pernah meminta
kita hidup berpura-pura seolah kita baik-baik saja. Saat kita melakukannya, kita
sebenarnya justru mengurangi kuasa Injil bekerja dalam hidup orang lain. Kemunafikan seperti inilah yang membuat orang-orang Farisi dikritik oleh Yesus.
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan
Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.” (Matius 23: 13)
Jangan sampai
kita berperilaku menipu diri sendiri di gereja sama seperti kebanyakan orang lakukan
di sosial media. Itu bukanlah sifat yang Tuhan mau kita tunjukkan. Jangan sampai
kepura-puraan kita justru membuat orang-orang lain berpikir kalau gereja adalah
tempat bagi orang-orang yang sempurna saja dan akhirnya enggan untuk masuk dalam komunitas gereja.
Mari
renungkan apa yang disampaikan Paulus kepada jemaat Korintus ini. Dia bahkan mengaku bahwa dalam kelemahanlah kuasa Tuhan dinyatakan.
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah
atas kelemahanku…Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam
siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena
Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2 Korintus 12: 9-10)
Jadi,
sebagai gereja Tuhan mari menjadi pribadi yang otentik dan jujur. Gak ada yang
sempurna, begitu juga denganmu. Jadi, mulailah terbuka dengan seorang akan yang
lain supaya dengan itu gereja Tuhan dibangun di dalam kasih persaudaraan.