Pelaku teror bom bunuh
diri di Gereja Katedral, Jolo, Filipina dilakukan oleh pasangan suami isteri
yang diduga merupakan orang Indonesia. Menanggapi hal tersebut Polri
bekerjasama dengan kepolisian Filipina untuk mengungkap kasus ini, salahsatunya
dengan mengirimkan tim untuk mengukap identitas pelaku bom.
"Pertama kerja sama dengan Kepolisian Filipina untuk mengungkap identitas pelaku bom. Kedua mengungkap jaringannya baik di Filipina dan apabila ada juga di Indonesia," demikian pernyataan Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo yang dirilis oleh Detik.com, Rabu (6/2/2019).
Baca juga :
Pasca Serangan Bom Gereja, Filipina Berjanji Buru Kelompok Terorisme Sampai Tuntas
Kaleidoskop 2018: 3 Bom Bunuh Diri & Serangan Gereja Jadi Aksi Teroris Terburuk Tahun Ini
Selain melakukan
identifikasi pelaku, dan membantu menangkap pelaku yang belum tertangkap, Polri juga mengajak Filipina untuk proaktif
bertukar informasi tentang pergerakan teroris untuk memitigasi aksi teror.
Untuk melakukan
indentifikasi jasad pelaku bom bunuh diri, Indonesia mengirimkan tiga personel
Densus 88 Anti Teror, BIN, BNPT, dan Kementerian Luar Negeri ke Filipina.
Setelah terjadinya serangan bom, pihak keamanan Filipina melakukan operasi militer dan telah menewaskan tiga orang anggota Abu Sayyaf. Namun dalam operasi militer ini, lima orang anggota keamanan gugur. Hingga saat ini, lima
anggota kelompok milisi Abu Sayyaf menyerahkan diri. Mereka diduga membantu dua
orang pelaku serangan bom bunuh diri.