Pilihan hidup
membawa Leonard Gunawan ke jalan yang membawanya keluar masuk penjara.Tinggal jauh
dari rumah dan masuk penjara, membuat Leonard harus kehilangan kesempatan bertemu sang ayah untuk terakhir kalinya.
Sekeluarnya
dari penjara, dia memberanikan diri untuk pulang dan bertemu sang ibu. Bukannya
disambut, tindakan Leonard yang tak datang dihari pemakanan sang ayah membuat keluarganya marah.
“Saya gak
bisa marah kepada mereka. Karena mereka gak tahu saya ada dimana dalam kondisi
apa, dalam situasi apa. Tapi saya sadar bahwa perbuatan saya sungguh-sungguh melukai banyak orang,” terang Leonard.
Tak mau pekerjaannya
sebagai bandar sabu berimbas kepada keluarga, dia pun memilih untuk pergi dan memilih
tinggal sendiri di sebuah rumah susun. Rumah itu disewanya dengan hasil uang yang dia dapat di penjara.
Tekat untuk
tak lagi kembali ke dunia haram itu begitu kuat di dalam diri Leonard. Namun, karena
desakan keuangan dirinya kembali menerima tawaran untuk memproduksi kembali barang haram itu.
“Saya
berpikir bahwa kesulitan-sulitan yang saya alami ini ya saya bisa lewati. Tapi
ternyata ego saya, cinta saya akan uang itu jauh lebih besar dibandingkan saya bisa mengatasi kesulitan ini,” ungkapnya.
Kembali jadi Bandar Sabu
Berkat ilmu
yang didapat dari rekannya, Leonard pun kembali memproduksi narkoba. Bukan dalam
jumlah kecil, dia dan rekannya memproduksi dalam jumlah yang cukup besar. “Kalau
produksi sabu-sabu satu hari ya kita kadang-kadang produksi itu harus 24 jam. 24
jam dengan bahan baku sepuluh kilo atau sepuluh liter itu bisa jadinya empat kilo. Satu kilonya kalau gak salah sekitar 600 jutaan,” ungkapnya.
Sementara untuk
produksi narkoba jenis lainnya, leonard menjelaskan. “Untuk ekstasi saya bisa
produksi 5000 butir. Dan saya tahu kalau saya ketangkep dengan posisi jumlah barang
bukti yang saya lakukan ini, gak ada lain selain seumur hidup atau hukuman mati,” terangnya.
Bagi Leonard, uang adalah hal yang sangat berharga. Uang bisa membeli segalanya dan membuatnya bahagia. Leonard pun menikmati uang hasil pekerjaan haram tersebut. Kembali seperti kehidupan dulu dimana dirinya kerap mengadakan pesta sabu dan mabuk-mabukan.]
Baca Juga :
Demi Wanita Pilihannya, Petrus Surio Lawan Orangtua Sendiri
Dengar Suara Ajaib, Kapten Ricoseta Mafella Luput Dari Bencana Maut Gempa Palu
Kembali dipenjara
Kehidupan memang
tak selalu berjalan mulus. Dia tak pernah menyangka jika hari itu adalah hari
kesialan baginya. Teman yang dia sudah percayai sepenuhnya justru menjerumuskan dia ke dalam penjara.
Dia kembali
meringkuk di dalam penjara dengan vonis hukuman 7.5 tahun. Di dalam penjara, dia
harus mengalami perlakuan buruk dari sesama rekannya. Dia bahkan mengungkapkan kalau itu adalah perbuatan yang paling hina yang pernah dia alami.
“Di dalam
itu ada KORPE disuruh apa aja harus mau. Sampai cuci pakaian dalam mereka, itu paling hina. Karena saya tidak pernah lakukan hal itu,” lanjutnya.
Sekalipun Leonard
bukan lagi pribadi yang dekat dengan Tuhan saat itu. Tapi jauh di dalam lubuk hati, dia tetap membutuhkan pertolongan.
Lewat 1
Korintus 10: 13, yang didengarnya di dalam penjara, Leonard menyadari jika Tuhan
pasti punya rencana baik atas hidupnya. Dia percaya jika Tuhan yang paling tahu jika setiap hal buruk yang dialaminya di dalam penjara pasti bisa dilewatinya.
“Buat saya
berat Tuhan. Bagaimana caranya? Saya gak mampu Tuhan. Saya udah terlalu lama lupa
sama Tuhan. Tuhan itu nomor seratus, nomor dua ratus. Uang nomor satu. Ketika dalam
keadaan terpuruk, saya mohon sama Tuhan. ‘Tuhan tolong saya.’ Saya mau bertobat. Tuhan sudah buktikan mujizatNya. Tuhan loloskan saya dari hukuman mati.”
Dia pun menghabiskan
masa tahanan selama 5 tahun penjara dan sisanya dipotong dengan remisi, kelakuan baik dan potongan tahanan lainnya.
Selepas dari
penjara, ada stu komitmen kuat yang dipegang oleh Leonard. Dia berjanji untuk
membalas kebaikan Tuhan atas dia. Dan hal itulah yang dia lakukan di depan sebuah mimbar gereja yang dihadiri oleh sang ibu.
Di sana dia
menuturkan semua perjalanan masa lalunya sebagai bandar sabu, keluar masuk penjara dan hingga bisa berada seperti saat ini.
“Saya
ceritakan semua. Mami itu nangis. Benar-benar nangis. Saya turun ke bawah. Saya
pelukin dia. Saya peluk dia, dia bilang cuma. “Mami minta maaf ya. Mami selalu
minta sama Tuhan supaya Tuhan tolong kamu.’ Saya bilang, ‘Terima kasih Mi. Doa Mami hari ini dijawab Tuhan. Dan Tuhan itu hidup bagi saya.”
Kuasa doa seorang ibu
Siapa kira selama
Leonard pergi, sang ibu selalu merindukannya. Ketika Leonard dipenjara selama 7.5 tahun, ibunya Diana rupanya kerap berdoa supaya Tuhan membawa anaknya pulang.
“Waktu dia
gak pulang-pulang jalan satu-satunya saya bergumul dalam doa. Saya minta ‘Tuhan
dimana anak saya?’ Tiap malam saya menangis. Kakak-kakaknya gak tau,” terang sang ibu.
Ketika mendengar
kesaksian Leonard dari atas mimbar, saat itulah Diana tahu kemana anaknya pergi
selama ini. Dari saat itu, dia bersyukur bahwa Tuhan sudah menangkap kembali hati Leonard untuk kembali kepada-Nya.
“Saya menangis
sejadi-jadinya. Karena saya tahu anak saya sudah diselamatkan, dimenangkan, dipilih untuk menjadi pelayan,” terangnya.
Di penghujung
kesaksiannya, Leonard menyampaikan satu pesan yang begitu kuat. Bahwa akar dari
segala kejahatan adalah cinta akan uang. Dia menyadari jika uang yang dia dapatkan
dari hasil pekerjaannya sebagai pemasok narkoba tak ada artinya dibanding dengan
nilai waktu yang dia habiskan di penjara.
“Kalau begitu banyak pertolongan Tuhan yang Tuhan sudah nyatakan. Saya mau katakan bahwa gak ada pernah terlambat ketika kita mau datang sama Tuhan. Tuhan pasti ada buat kita dan Tuhan pasti menolong kita.”
Apakah kamu memiliki pergumulan dan rindu pertolongan Tuhan, yuk hubungi konselor Sahabat24 sekarang juga di SMS/WA 081703005566 atau telp di 1-500-224 dan 0811 9914 240 bisa juga email ke [email protected] atau lewat Live Chat dengan KLIK DI SINI.