Saat
gereja-gereja Ortodoks di seluruh dunia merayakan Natal tepat pada Senin, 7
Januari 2018 kemarin. Rusia dan Ukraina yang merupakan dua negara yang jadi rumah bagi jutaan umat Ortodoks justru bersitegang.
Hal ini
disebabkan oleh momen penyerahan dokumen yang berisi pemisahan diri gereja
Ortodoks Ukraina dari Moskow, di bawah pemerintahan Rusia. Dokumen tersebut diserahkan oleh Patriark Ukraina Epifaniy.
Pemisahan
diri yang sudah diputuskan sejak Oktober 2018 itu semakin mantap setelah dibentuknya
Gereja Ortodoks independen di Ukraina. Perayaan Natal kemarin pun telah dilangsungkan di Katedral Sophia di ibukota Ukraina.
Sebagaimana
diketahui, sebelumnya Gereja Ortodoks Ukraina secara sah berada di bawah Patriarkat
Moskow. Namun sehari sebelum Natal, dokumen pemisahan diri itu diserahkan oleh Gereja Ortodoks.
Sementara Presiden
Ukraina, Petro Poroshenko menyampaikan bahwa Gereja Ortodoks yang independen dari gereja Rusia adalah langkah besar untuk keluar dari bayang-bayang Rusia.
“Ini adalah dasar kebebasan rohani kami. Kami telah memutuskan rantai terakhir yang mengikat kami ke Moskow dengan fantasi Ukraina sebagai wilayah kanonik Gereja Ortodoks Rusia,” kata Poroshenko.
Keterangan: Presiden Ukraina,Petro Poroshenko
Baca Juga:
Mengintip Perayaan Natal Gereja Ortodoks Hari Ini
7 Januari, Umat Kristen Ortodoks Rayakan Natal
Namun
timbul dugaan lain yang menyatakan bahwa pemisahan ini berkaitan dengan masalah
politik yang begitu serius di antara kedua negara. Bahkan hubungan Rusia dan Ukraina dinilai akan semakin menegang.
Meskipun
kedua negara ini memiliki sejarah bersama selama ratusan tahun, hubungan mereka
selama seperempat abad terakhir memang sudah mulai bermasalah. Hingga tahun
1991, mereka bersatu dalam bagian dari Uni Republik Sosialis Soviet. Saat Uni
Soviet runtuh, Ukraina merdeka dari Moskow. Bagian dari sejarahnya sejak itu berfokus pada definisi hubungan baru mereka.
Krisis semakin membesar pada tahun 2014 silam. Saat Rusia menduduki wilayah Krimea yang akhirnya membangkitkan kecaman dari negara-negara barat. Konflik di wilayah ini bahkan menewaskan ribuan orang.
Peristiwa itu
menjadi tantangan terbesar bagi kepemimpinan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko
selama masa jabatannya. Bahkan sebulan yang lalu, dia menuduh mitranya Presiden Rusia, Vladimir Putin mengambil alih seluruh wilayah Ukraina.
Kemandirian
Gereja Ukraina menjadi tantangan bagi pemerintah Rusia yang dikenal sebagai
penjaga nilai-nilai Kristen Ortodoks. Bulan lalu, Presiden Putin bahkan
mengkritik Sekretaris Negara Pompeo karena membahas masalah gereja ini dengan
Kiev. Dia bahkan memperingatkan supaya perselisihan properti gereja ini bisa
berubah menjadi pertumpahan darah.
Karena
itulah, masalah status baru Gereja Ukraina ini menjadi pemicu konflik baru antara
Rusia dan Ukraina. Bahkan ada kemungkinan akan menjadi masalah besar yang mendapat
perhatian dari negara-negara di dunia.