Sejarah mencatat pada
tanggal ini, 28 Desember, dunia penerbangan Indonesia pernah mengalami
peristiwa menyedihkan dimana seluruh awak dan penumpang yang berjumlah 162
orang dinyatakan tewas. Berbagai media pun menuliskan kejadian yang terjadi empat tahun lalu tersebut sebagai Tragedi Air Asia QZ8501.
Dari 162 orang yang tewas
diketahui bahwa 46 diantaranya merupakan jemaat gereja di Surabaya. Empat puluh
satu jiwa tercatat sebagai jemaat Gereja Mawar Saron (GMS), sedangkan lima lainnya merupakan jemaat dari Gereja Bethany.
Menanggapi kenyataan yang ada, Wakil Gembala Gereja Mawar Sharon, Philip Mantofa, saat itu menyatakan bahwa meskipun rasa duka dan kehilangan yang begitu besar melanda jemaatnya, namun tragedi ini justru memperkuat iman mereka terhadap berita Kerajaan Sorga.
“Kami adalah salah satu
yang pertama sampai di tempat kejadian (bandara) untuk mendampingi keluarga
yang anggotanya (saat itu) ikut dalam pesawat yang hilang. Kemudian kami
mendirikan pusat pelayanan, dimana kami mendoakan dan melakukan ibadah untuk
memperkuat iman mereka yang menunggu kabar dari orang-orang yang mereka kasihi.
Makanan dan minuman juga kami sediakan untuk ikut merawat mereka secara fisik,
sehingga mereka tidak akan jatuh sakit,” ujar Philip dalam wawancara dengan CharismaNews, Selasa (13/1/2015).
Lebih lanjut Philip
mengaku bahwa dirinya tetap memberikan semangat dan kebenaran bagi para
keluarga yang ditinggalkan dan juga untuk semua orang. “Tidak ada yang dapat
menghindar dari penderitaan. Kecelakaan itu bisa saja terjadi pada saya atau
siapapun. Tidak ada yang istimewa, baik orang Kristen ataupun para Pendeta.
Hanya Yesus saja! Satu-satunya hal yang pasti dalam kehidupan ini adalah
keselamatan kita. Berbahagialah orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan!.”
Seperti diberitakan ketika
itu, pesawat Air Asia QZ8501 tujuan Surabaya – Singapura lepas landas dari
Bandar Udara Internasional Juanda pada pukul 05:35 Waktu Indonesia Barat
(UTC+7) dan dijadwalkan untuk mendarat pada pukul 08:30 Waktu Standar Singapura
(UTC+8). Namun, ketika pesawat terbang di atas Laut Jawa, antara Kalimantan dan
Jawa, waktu menunjukkan 07:24 waktu setempat, pesawat kehilangan kontak dengan pengatur lalu lintas udara.
Dari hasil akhir
investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dinyatakan bahwa penyebab
pesawat nahas tersebut jatuh ialah karena adanya kerusakan pada bagian rudder-travel-limiter (FAC) bagian
pesawat yang membatasi gerakan rudder di ekor pesawat yang dihasilkan
akibat adanya keretakan kecil di bagian solder, sehingga solder tidak
menghantarkan listrik dengan benar, dan diperparah oleh tindakan tidak benar
dari pilot. Miskomunikasi di antara kedua pilot justru memperparah keadaan, dan menyebabkan pesawat tersebut jatuh ke Laut Jawa dengan 162 orang di dalamnya.
Untuk memperingati tragedi AirAsia penerbangan QZ8501 dan menunjukkan rasa syukur dan penghargaan atas upaya Badan SAR Nasional, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat membangun sebuah monumen peringatan di Pangkalan Bun. Upacara peresmian monumen peringatan berlangsung pada 15 April 2015, dan dihadiri oleh pejabat lokal dan negara dan perwakilan dari Australia dan Singapura.
Baca Juga: Kisah Pasangan Misionaris Korsel Korban Pesawat Air Asia
Bupati Kotawaringin
Barat Ujang Iskandar menyatakan bahwa "Dengan monumen ini, kami
berharap bahwa keluarga dan pemerintah akan meletakkan karangan bunga
setiap 28 Desember, dan melanjutkan dialog tentang keselamatan penerbangan
di Indonesia."
Tragedi QZ8501 merupakan
tragedi penerbangan terburuk kedua dalam sejarah Indonesia, setelah Garuda
Indonesia Penerbangan 152, kecelakaan Garuda di Medan pada tahun 1997 yang
menewaskan 234 orang.