Andy Stanley, pendeta
senior dari North Point Community Church, di Georgia, Amerika Serikat
menyatakan bahwa orang Kristen tidak perlu mematuhi perintah apapun yang
tertulis di Perjanjian Lama, karena Yesus sudah memberikan satu perintah baru
yang tertulis di Perjanjian Baru.
Artikel yang dirilis
di RelevantMagazine.com ini menimbulkan kontroversi. Karena ia menyatakan bahwa
perjanjian baru menggantikan perjanjian lama.
“Perjanjian yang
dibuat oleh Yesus menyudahi perjanjian yang Tuhan buat dengan bangsa Israel,”
demikian tulisnya dalam artikel berjudul “Why Do Christians Want to Post the 10
Commandments and Not the Sermon on the Mount?”
Dalam hal ini, Andy
merujuk pada pernyataan dalam Yohanes 13:36, “Aku memberikan perintah baru
kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah
mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
Andy menekankan bahwa
Yesus memberikan kita “satu perintah” ini.
“Yesus tidak
memberikan perintah baru-Nya sebagai tambahan perintah dari daftar perintah
yang sudah ada. Dia tidak berkata, ‘Inilah hukum yang 614.’
Yesus mengeluarkan
perintah baru sebagai pengganti untuk seluruh daftar yang ada. Termasuk yang 10
besar (10 Perintah Allah –red). Sama seperti perjanjian baru-Nya menggantikan
perjanjian lama, perintah Yesus yang baru menggantikan semua perintah lama.”
Dia menjelaskan itu
sebabnya orang Kristen tidak perlu mentaati perintah lama yang ada di Alkitab
mereka. Mereka hanya perlu mentaati satu perintah Yesus tadi.
“Kita perlu berhenti
mencampur yang lama dengan yang baru,” demikian tulisnya.
Menurut Andy, gereja
punya kebiasaan buruk memilih beberapa aspek dari perjanjian lama dan
menyeludupkannya kedalam yang baru. Hal itu sudah dimulai dari sejak abad kedua
saat para pemimpin gereja menculik kitab Yahudi dan mengklaimnya sebagai milik mereka.
Hingga pada abad ke empat, dibawah pemerintahan Konstantine orang Kristen di
legalkan dan para pemimpin gereja mulai menggunakan perjanjian lama sebagai
validasi untuk menciptakan imperialisme gereja.
Namun pemikiran Andy
ini mendapat banyak sanggahan, salah satunya dari Al Mohler, pemimpin Southern
Babtist Theological Seminary di Louisviller.
“Gereja tidak bisa “lepas”
dari Perjanjian Lama tanpa melepaskan injil yang Yesus kotbahkan. Bicara tentang
ayat-ayat Perjanjian Lama, Yesus berkata, “Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku,” (Yohanes 5:39),” demikian ungkap Al Mohler.
“Tetapi pertanyaan
kunci lainnya adalah apakah seseorang dapat menjadi orang Kristen yang setia
sambil menyangkali kebenaran Kitab Suci. Yesus sendiri menyatakan bahwa tanpa
Perjanjian Lama sebagai Firman Tuhan, kita benar-benar tidak tahu siapa Dia.
Lalu apa artinya menjadi seorang Kristen?” demikian tambah Mohler.
Baru minggu lalu, Andy
Stanley merilis buku berjudul Irresistible: Reclaiming the New that Jesus
Unleashed for the World, yang membahas pemikirannya ini. Bagaimana model iman
umat percaya yang tanpa Alkitab resmi, tanpa status dan hanya berdasarkan
perkataan orang. Namun iman mereka kuat dalam menghadapi aniaya.