Adakah diantara kita yang
menyukai film-film asal Amerika Serikat? Kalau iya, maka kita nggak akan asing
sama seorang penggembala berkuda yang disebut sebagai koboi. Pada abad ke 19,
sebutan koboi yang
diberikan kepada gembala di peternakan semakin melegenda.
Dalam sejarahnya, koboi akan
mengendarai kuda dan melakukan berbagai jenis pekerjaan di peternakan yang
mereka usahakan. Koboi sendiri punya akar sejarah yang cukup dalam, bahkan
sampai mencakup ke negara Spanyol.
Selama berabad-abad, perbedaan
tanah, iklim, dan pengaruh dari tradisi beternak sapi dari berbagai budaya
menghasilkan peralatan, pakaian, dan cara menggembala yang berbeda-beda.
Seorang gembala memang harus bisa beradaptasi dengan dunia yang semakin modern.
Begitu pula dengan koboi yang harus mengalami berbagai penyesuaian seiring
dengan berkembangnya zaman.
Sayangnya, dalam cerita fiksi yang sering kita
tonton, pribadi koboi adalah seseorang yang selalu membawa senapan dan
berseteru dengan suku Indian, penduduk asli Amerika. Padahal, semua hal
tersebut belum tentu benar, sebab pekerjaan seorang koboi hanyalah sebagai
penggembala ternak. Karena kesan yang ditinggalkan oleh film-film tersebut,
kita mengenal koboi sebagai pribadi yang gagah dan berkesan maskulin.
Dikutip dari Wikipedia, maskulinitas sendiri
sering disebut sebagai sebuah tindakan kedewasaan, yang merupakan atribut,
perilaku, dan peran yang terkait dengan anak laki-laki dan pria dewasa.
Ciri-ciri yang paling melekat dengan istilah maskulin adalah keberanian,
kemandirian, dan ketegasan.
Pribadi ini biasanya dikaitkan dengan orang
yang sering menolong yang lemah. Maskulin sendiri bisa dikategorikan secara
sosial dan bilogis, yang artinya baik laki-laki maupun perempuan bisa bersifat
maskulin.
Bukankah ciri-ciri di atas mengingatkan kita
dengan pribadi yang sangat dekat dengan kita? Orang tersebut adalah Yesus
Kristus. Ia dikirim oleh Bapa sebagai seorang pria yang masuk dalam kategori
maskulin ini. Ia hadir di tengah-tengah kita, membawa keselamatan bagi dunia,
Ia adalah pribadi yang banyak menunjukkan karakter maskulinitas ini.
Sebagai sosok pria, Yesus menunjukkan
kepedulian kepada para perempuan dan melindungi mereka. Sosok pria yang sejati
adalah mereka yang melindungi dan menghargai perempuan, bukan menyakiti mereka.
Masih ingat kejadian saat Yesus membalikkan
meja-meja dan tempat berdagang orang-orang di Bait Suci? Sikapnya ini
menunjukkan kepeduliannya kepada kebenaran dan mengecam tindakan yang salah.
Dan yang paling penting, Yesus adalah satu-satunya pribadi yang rela
mengorbankan nyawaNya dan disiksa untuk menyelamatkan umat manusia dari
kebinasaan.
Dari cerita koboi yang maskulin dan pribadi
Kristus, kita bisa belajar untuk tidak egois dan mementingkan diri sendiri.
Kiranya kita bisa meneladani pribadi Kristus yang penuh dengan belas kasihan
kepada orang yang lemah.