Saat berkunjung ke rumah sepupu
saya yang sedang merayakan ulang tahun anak pertamanya yang berusia dua tahun, saya
menghabiskan banyak waktu bersama anaknya tersebut. Ditengah-tengah waktu kami
bersama, anak dari sepupu saya ini berlari-lari dan tidak mau diam. Karena takut terjatuh, saya berkata, "Dek jangan lari, nanti jatuh!"
Mendengar ucapan saya, anak
sepupu saya ini justru mempercepat larinya. Sepupu saya langsung menghampiri,
"Kalau mau memerintah anak kecil, cobalah untuk tidak menggunakan kata
'jangan'," bisiknya. Mendengar hal ini membuat saya langsung mencari tahu
kenapa kita tidak dianjurkan untuk berkata 'jangan' pada anak-anak saat memberinya perintah.
Dalam ajaran Hlilel di tahun 32SM-7M, ia memberikan
sebuah perintah, "segala sesuatu yang tidak kamu kehendaki supaya orang
perbuat kepadamu, janganlah perbuat demikian kepada mereka." Hillel merupakan seorang
pemimpin agama Yahudi yang terkemuka. Filo (20 SM - 50 M), yang merupakan seorang filsuf yang terkenal dari Yahudi juga mengajarkan hal yang sama
Perintah tersebut memang
terdengar begitu indah, mengingat hal ini bisa mengatur cara hidup manusia,
untuk menciptakan damai sejahtera ditengah-tengah masyakarat perintah ini dikenal dengan sebutan Kaidah Emas atau The Golden Rule.
Sebenarnya, perintah ini juga di
ajarkan oleh Tuhan Yesus, tapi ada hal penting yang Ia ubah, "segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka.." (Matius 7:12). Yesus mengubah perintah para pemimpin
agama dan para filsuf di atas dengan perintah yang lebih manis di dengar. Ia
mengutarakannya dengan cara yang positif yang tidak hanya sekedar sebuah larangan.
Lewat ayat di atas, Yesus tidak hanya melarang murid-muridanya untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, tetapi juga ia memerintahkan mereka untuk melakukan hal-hal baik. Contohnya, "janganlah membenci musuhmu," ia justru mengajarkan, "kasihilah musuhmu."
Baca juga: Berbuat Baik Tak Cukup Jadikan Kita Sebagai Orang Kristen, Ingat Hal Penting Lainnya Ini!
Hal ini membuat kita menyadari,
kalau untuk mengajarkan sesuatu pada orang lain, diperlukan perintah yang
positif, bukan hanya sekedar sebuah larangan. Misalnya saja pada generasi muda
atau anak sepupu saya ini. Dibandingkan dengan meminta mereka untuk terlibat
dalam hal-hal yang tidak benar, kita juga perlu mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang benar.
Sebagai contoh, kita tidak ingin anak muda terlibat dalam dunia malam atau ugal-ugalan, sehingga kita meminta mereka untuk rajin pergi ke gereja dan terlibat dalam komunitas pemuda di gereja. Sebab kalau mereka aktif di gereja, otomatis mereka nggak akan punya banyak waktu untuk mencoba-coba dunia malam.
Begitu juga saat kita minta mereka dengan perintah, "jangan mencontek," cobalah mengajak mereka untuk rajin belajar agar dapat nilai yang memuaskan. Sebab kalau rajin belajar, mereka tidak perlu lagi mencontek temannya.
Mulai sekarang, ayo kita mulai
mengajarkan generasi muda untuk melakukan hal-hal yang benar sehingga mereka
tidak akan melakukan hal-hal yang tidak benar lagi. Inilah tugas penting buat
kita sebagai orang percaya.