Siapa yang
gak kenal dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia (Menko Maritim)
Luhut Binsar Pandjaitan? Di usianya yang sudah beranjak 70 tahun ini, ayah empat
anak ini pun menuturkan kisah cintanya bersama wanita yang sudah dinikahinya selama 47 tahun Devi Simatupang.
Di ulang
tahun pernikahannya yang ke-45 pada tahun 2016 silam, salah satu menteri yang sangat
dekat dengan Presiden Jokowi ini pun mengaku sebagai pria yang beruntung karena
bisa menaklukkan hati sang istri. Dia pun merasa bangga karena bisa menikahi wanita yang tepat seperti Devi.
Luhut pun
mulai mengisahkan bagaimana dia pertama kali jatuh cinta kepada Devi. Pertemuannya bermula di tahun 1966, dimana keduanya bertemu di Bandung.
Waktu itu,
dia bahkan masih duduk di kelas 3 SMA. Di masa itu orang kalau mau telepon dari
Bandung ke Jakarta harus pakai sambungan khusus SLJJ. Dan untuk melakukannya,
Luhut pun harus numpang nelpon dari rumah Devi yang kebetulan punya menara SLJJ.
“Dan kebetulan di rumahnya (Devi) terdapat menara SLJJ. Secara tidak sengaja saya menumpang telepon di rumahnya, dan itulah awal mula saya melihat dia,” ujarnya.
Luhut yang gak sengaja melihat Devi akhirnya mulai jatuh cinta. Saat pertama kali melihat perempuan itu, Luhut bahkan sudah merasa yakin kalau Devi akan jadi istri masa depannya.
Baca Juga : Duh Langgengnya, Pasangan Down Syndrome Ini Rayakan Anniversary Pernikahan ke-25 Tahun
Sementara saat itu Devi sendiri masih duduk di bangku kelas 1 SMA.
Dari pertemuan
pertama itulah, Luhut mengaku mulai mencari-cari alasan untuk bisa datang ke
rumah Devi. Salah satu cara yang dia lakukan adalah pura-pura meminjam telepon. “Dengan pura-pura mau telepon,” ujarnya.
Cara yang dilakukan
Luhut pun ternyata berhasil. Tak butuh waktu lama keduanya akhirnya berteman dan
kerap menghabiskan waktu berduaan hanya untuk sekadar pergi makan bareng. “Kadang-kadang
kami berduaan makan mie baso dan es cincau di pinggir jalan. Kadang saya juga
ajak dia nonton bioskop yang waktu itu hanya seharga Rp 1000. Ayah dan ibu kalau memberi uang saku kepada saya memang pas-pasan,” ujar Luhut.
Setelah
makin dekat, Luhut makin yakin dengan Devi untuk menjadi pendamping hidupnya.
“Karena itu meski sempat berpisah karena saya masuk Akmil selama 3 tahun, saya tetap menyurati dia,” ujarnya.
Setelah
lulus dari Akmil, Luhut kemudian masuk Kopassus. “Kami akhirnya bertemu lagi dan kemudian menikah pada 27 November 1971,” katanya.
Setelah menikah,
Luhut mengaku ada banyak suka duka yang mereka lewati bersama. Apalagi pasangan
ini juga sudah dikarunia empat orang anak yaitu Paulina, David, Paulus dan
Kerri Pandjaitan. Meski kadang sulit, Luhut mengakui bahwa penyertaan Tuhan selalu
nyata dalam rumah tangga mereka. Dia pun bersyukur sekali karena bisa memiliki istri
yang selalu mengerti situasi dan keadaan. Di mata Luhut, Devi adalah belahan jiwa yang begitu dicintainya.
Sebagai pria
yang tak salah memilih pasangan hidup, Luhut pun berbagi tentang rahasia supaya
banyak orang bisa seberuntung dia. Berikut tips yang ditulisnya lewat postingan di Facebook-nya.
Kalau sudah saatnya kau menikah nanti, pilihlah istri
yang paten juga seperti pilihan saya. Saya tidak bisa berada pada posisi
sekarang tanpa istri yang selalu mendukung, mengingatkan, dan bahkan menegur saya.
Peran istri itu penting. Carilah istrimu yang baik, yang bisa mendukung kinerjamu.
Tapi kau masih muda, maka saya beri tahu kau supaya jangan cepat cinta-cintaan.
Fokuslah belajar dan bekerja karena dalam waktu 10
tahun ke depan, Indonesia akan masuk ke zaman keemasan. Itu adalah eramu, karena saya sudah terlalu tua untuk ambil bagian pada saat itu.
Saya senang menyampaikan bermacam-macam nasehat,
motivasi, dan inspirasi seperti itu kepada anak-anak didik saya di SMA Unggul
Del di Desa Laguboti, Sumatera Utara. Saya mengikuti acara pengukuhan dan wisuda siswa Sabtu kemarin.
Saya juga mengundang Menteri Pertanian Pak Andi Amran Sulaiman untuk ikut memberikan pencerahan kepada mereka.
Dari kisah hidup Beliau, kita belajar bahwa tak peduli
dari mana saja kita berasal, dari kampung dengan rumah beralaskan tanah
sekalipun, kita tetap bisa membangun Negeri ini. Syaratnya, kita harus punya
hati yang baik, intelektual yang bagus, kemauan untuk bekerja keras dan disiplin.
Tidak perlu merasa malu kalau kita berasal dari
keluarga kurang mampu. Justru kita harus malu kalau kita mencuri, tidak
disiplin, tidak mau bekerja keras, atau tidak jujur. Selain daripada itu, untuk apa kita malu?
Luhut juga berpesan
supaya setiap kita belajar mensyukuri berkat-berkat Tuhan. Sebab, perjalanan
hidup itu tidak selalu mulus, terkadang senang terkadang susah. Sama seperti saat menjalani bahtera rumah tangga.
“Pada
akhirnya kita harus banyak berdoa dan jalani saja hidup ini setiap hari dengan
sebaik-baiknya. Bagi para pasangan muda, kata Luhut, pernikahan itu tidak bisa
‘take it for granted’. Harus senantiasa disirami dengan kasih dan cinta,
terutama dengan kasih Tuhan. Pasti banyak perbedaan dalam pernikahan, tapi
semua bisa dijembati kalau masing-masing menabur cinta,” ucapnya.
Wah, menginspirasi
sekali ya. Semoga perjalanan cinta Luhut bisa menginspirasi semua pasangan menikah
dan pada akhirnya bisa menyampaikan statement yang sama bahwa kamu adalah sosok
yang paling beruntung karena bisa mendapatkan pasanganmu.