Zhengzhou,
ibu kota provinsi Henan, China adalah salah satu kota yang mengalami pembersihan
besar-besaran dari aktivitas keagamaan. Tak ada bangunan gereja yang bisa dikunjungi
di kota ini. Kondisinya porak-poranda, mulai dari kaca-kaca jendelanya yang hancur, buku kidung pujian dirobek-robek dan berserakan di lantai gereja.
Gereja-gereja
ini dianggap ilegal. Sehingga pemerintah setempat melarang aktivitas apapun dilakukan di sana, termasuk berdoa.
Sementara gereja-gereja
rumah yang dulu menjadi tempat berkumpulnya ratusan umat Kristen kini tak lagi berani
mengadakan perkumpulan. Mereka memilih untuk mengadakan ibadah secara diam-diam dan berpencar. Hal ini dilakukan demi menghindari ancaman hukuman dari pemerintah.
Sejak didatangi
oleh polisi dan pemerintah setempat pada bulan Maret lalu, sebuah gereja yang
dibangun oleh seorang warga kota Zhengzhou berusia 62 tahun bernama Guo, pun
ikut melakukan hal serupa. Jemaat gereja
yang sudah mencapai 200 orang lebih ini memilih tak lagi pergi ke gereja untuk menjalankan ibadah Minggu.
Jemaat gereja
Gou menyadari bahwa kekristenan di Henan tengah dalam ancaman. Karena itu, mereka terus berjuang mencari cara untuk menghentikan upaya pembersihan ini.
“Saya selalu berdoa bagi para pemimpin negara kami, agar negara kami menjadi lebih kuat. Mereka tidak pernah separah ini sebelumnya, tidak sejak saya mulai pergi ke gereja tahun 80-an. Mengapa mereka menyuruh kami berhenti sekarang?” kata Guo.
Baca Juga :
Selain merusak
gereja dan melarang aktivitas ibadah, pemerintah juga menyita Alkitab dari warga
Kristen. Bahkan pendistribusiannya yang dilakukan lewat situs belanja online seperti JD.com dan Taobao juga dilarang.
Ancaman yang
menghantui umat Kristen di China ini semakin nyata sejak kepemimpinan Presiden Xi
Jinping. Lewat partai Komunisnya, Xi mencoba untuk membersihkan semua aktivitas
berbau keagamaan di China. Bahkan sampai hari ini, umat Kristen China masih terus berjuang untuk tetap mempertahankan imannya kepada Yesus.
Berdasarkan
data, jumlah orang percaya Tionghoa dari semua agama telah meningkat dua kali
lipat dalam dua dasawarsa menjadi sekitar 200 juta. Pertumbuhan itu terjadi sebelum
pemerintahan Xi berkuasa. Jumlah populasi umat Kristen bahkan telah mencapai 67
juta, termasuk umat Katolik - jumlah yang diperkirakan akan membengkak menjadi
populasi Kristen terbesar di dunia dalam beberapa dasawarsa. Pertumbuhan yang
cepat ini telah menghidupkan kembali misi lama partai untuk menjinakkan agama
yang secara tradisional selaras dengan Barat.
Para
sejarawan percaya bahwa Kekristenan telah dikenal di China pada awal abad
ketujuh, dan kemudian disebarkan oleh misionaris Yesuit yang dimulai pada tahun
1500-an. Dalam beberapa dekade terakhir umat beragama telah menghadapi
penganiayaan besar-besaran dan pelarangan melakukan aktivitas keagamaan.