Soal pacaran, Alkitab memang
tidak begitu jelas membahas tentangnya. Namun, Alkitab jelas banyak membahas
persoalan pernikahan. Pacaran merupakan proses pengenalan pasangan sampai
akhirnya kita memutuskan untuk menikah. Sebelum menjalin sebuah hubungan, kata
sepadan pasti sudah kita tetapkan dalam hati. Sepadan disini, maksudnya adalah sama-sama menempatkan Kristus ditengah-tengah kehidupannya.
Soal jodoh kita tidak pernah tahu
kapan datang dan siapakah orang yang akan Tuhan berikan kepada kita. Lalu,
bagaimana kalau ternyata saat ini kita sedang menjalin sebuah hubungan, tapi pasangan sudah pernah menikah dan bercerai dengan pasangan sebelumnya?
Tentu ada banyak pertimbangannya,
alasan-alasan seperti nyaman, karena dia jauh dewasa, jauh lebih berpengalaman dalam hubungan
sering dilontarkan oleh mereka yang kini sedang menjalin sebuah hubungan
pacaran dengan orang yang sudah pernah menikah. Apakah tindakan kita ini sudah tepat? Sebelum melangkah ke tahap yang lebih serius, yuk pertimbangkan 3 hal ini.
1. Kata Yesus tentang perceraian
Dalam Markus 10, Yesus mendapati
orang-orang Farisi yang bertanya tentang perceraian. 10:2, “Maka datanglah
orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya:
"Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?” Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa
perintah Musa kepada kamu?" Jawab
mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat
cerai." Lalu kata Yesus
kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu."”
Disini, kita bisa melihat kalau
sejak awal perceraian memang tidak diperkenankan. Namun karena ketegaran hati
kita, maka Musa akhirnya memperbolehkan perceraian ini. Kemudian soal dosa atau
tidaknya, Yesus dengan jelas berkata pada ayat yang ke 11 dan 12, “Lalu kata-Nya kepada mereka:
"Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia
hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."”
Jadi, saat kita memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan pasangan yang pernah menikah tapi bercerai, kita selamanya akan melakukan zinah dengan pasangan. Bukankah jauh lebih baik untuk sakit hati sekarang karena melepaskannya, dibandingkan kalau sampai kita hidup dalam dosa perzinahan selamanya?
Baca juga: Solo Traveling Bisa Perbaiki Cara Kita Dalam Menjalin Hubungan, Ini 3 Alasannya
2. Masa lalu yang melekat pada pasangan
Kegagalan dalam pernikahanlah yang
menyebabkannya mengalami perceraian. Latar belakang perceraian akan selalu ada
dalam diri pasangan kita. Kita harus melihat kalau akan ada beban masa lalu yang hadir dalam kehidupan pasangan.
Apakah dirinya sudah benar-benar move on? Apa
penyebab dirinya bercerai? Bagaimana kalau nanti dia bertemu dengan mantan
istrinya? Sejauh apa kita mengenal masa lalunya? Apakah kita sudah siap menerima beban masa lalu seperti di atas?
3. Penerimaan keluarga
Penghakiman dari keluarga dan teman-teman
sangat mungkin untuk kita terima nantinya, sama halnya juga dengan penolakan.
Peran orang tua sangat penting dalam hubungan kita dengan pasangan. Apakah kita
yakin kalau pihak keluarga menerima masa lalu dari pasangan? Sebab rasa cinta
yang kita berikan pada pasangan seharusnya tidak membuat kita kehilangan kasih sayang dari orang-orang lain.
Raditya Oloan mendefinisikan pacaran
dalam kekristenan sebagai membina hubungan dimana Kristus ada di tengah-tengah
kehidupan kita. Selain Yesus yang berkata kalau hal ini tidak dibenarkan, sisi
psikologis dari pasangan dan lingkungan sekitar juga bisa menjadi alasan kuat
kenapa ada baiknya kita tidak menjalin hubungan dengan mereka yang pernah
menikah dan kemudian bercerai.
Kalau kamu punya masalah tentang pasangan,
butuh teman curhat, Sahabat 24 siap menjadi pendengar atas setiap pergumulan
yang kita lakukan. Hubungi kami di Live chat ini, telepon ke 1-500-224/0811
9914 240, atau sms ke 0817 0300 5566.