Sebuah penelitian
terbaru membuat keberadaan Kafan Turin yang diklaim sebagai kafan yang
digunakan dalam penguburan Yesus Kristus dipertanyakan keasliannya. Penelitian
ini dirilis di Journal of Forensic Sciences, menyatakan jika kain kafan
menunjukkan bekas seperti itu maka orang yang dibungkus saat itu harus dalam
keadaan berdiri.
Namun Alkitab
menuliskan bahwa saat Yesus disalibkan ia mati di kayu salib sehingga saat
dikuburkan ia tidak bisa berdiri saat dikafani.
Penelitian ini berjudul “A BPA Approach to the Shroud of Turin”, dan menyatakan bahwa relawan hidup digunakan dalam “penyelidikan pada posisi tangan dan tubuh yang dibutuhkan untuk menghasilkan pola yang terlihat dalam kain kafan Turin”. BPA adalah “analisis pola jejak darah” dalam ilmu forensik.
Baca juga :
Para Ahli Ketahui Tanggal Pasti Kematian Yesus
4 Tanda Sebelum Kematian Yesus
Menurut penelitian ini
alur pendek pada belakang tangan kiri dari kain kafan itu bisa dikatakan
konsisten jika subjek dalam keadaan berdiri dengan tangan pada sudut 45
derajat. Selain itu BPA dari darah di bagian dada depan (luka karena tombak)
menunjukkan bahwa kafan itu menunjukkan pendarahan yang realistis jika korban
dalam keadaan berdiri. Sedangkan untuk luka bagian belakang pada mayat yang
terlentang sangat tidak realistis. Sedangkan luka karena paku yang mengenai
kayu tidak jelas.
Bagi orang Kristen,
kita mengakui kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus Kristus berdasarkan
iman – dengan kesaksian dari tulisan Alkitab yang menyatakan ada banyak saksi
pada kejadian historis tersebut – baik kain kafan Turin itu benar atau tidak.
Kontroversi tentang keberadaan kain kafan ini bukanlah hal baru. Kain kafan Turin sendiri merupakan sebuah barang kuno milik Gereja Katolik dan disimpan di Kathedral Santo Yohanes di Turin, Italia. Vatikan sendiri tidak pernah memberikan pernyataan resmi menyatakan atau menyangkal keotentikan kain kafan itu.
Sumber : CBN.com