Baen adalah orangutan hasil
translokasi Orangutan Foundation International (OFI) pada 24 September 2014
lalu. Jasad Baen ditemukan terendam di air dengan tujuh peluru dan sejumlah
luka sayatan di tubuhnya. Peluru-peluru tersebut mendarat di pinggang kiri, jari, kepala dan lengan kanan.
Fajar Dewanto sebagai Field
Director OFI menjelaskan kalau penemuan orangutan yang berusia 20 tahun itu
berawal dari sebuah laporan pada 1 Juli 2018. Laporan tersebut berasal dari
Dody Kurniawan, petugas Resor Telaga Pulang, STPN I Balai Taman Nasional
Tanjung Puting (TNTP) yang menerima informasi dari karyawan perkebunan kelapa
sawit PT Wana Sawit Subur Lestari (WSSL) II tentang adanya temuan bangkai orangutan yang mengambang dan membusuk di kanal air.
Hingga kini, tubuh Baen masih
dinekropsi (autopsi bangkai hewan). Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Kalteng Adim Gunawan, penyebab kematian Baen kemungkinan akibat tindak kekerasan yang dilakukan sekirar dua minggu lalu.
"Penyebab kematian Baen ini kemungkinan akibat tindak kekerasan yang dilakukan sekitar dua minggu lalu," terangnya.
Baca juga:
Adib juga menjelaskan kalau
pembantaian orangutan sudah sangat sering terjadi. Pihak BKSDA Kalteng terus
menggelar sosialisasi pada perusahaan maupun masyarakat agar tidak melakukan pembunuhan pada primata langka yang dilindungi oleh undang-undang.
Pada 15 Januari 2018 lalu juga
terjadi kasus serupa, dimana ada dua warga Kecamatan Dusun Utara, Kabupaten
Barito Selatan, Kalteng dengan sadis menghabisi nyawa orangutan dengan cara
membacoknya dan melontarkan 16 peluru ke tubuhnya. Tubuh satwa tersebut kemudian ditemukan mengapung di Sungai Barito.
Pemicu konflik yang terjadi
adalah alih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit dan hutan tanaman
industri serta tumpang-tindih lahan milih warda dengan habitat orangutan.
Orangutan sering diburu dan dibunuh karena mereka dianggap sebagai hama perusak tanaman hasil kebun.
Dalam penciptaan, mula-mula Tuhan
berfirman “Penuhilah bumi dan taklukanlah itu.. Lihatlah, Aku memberikan
kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi…” Firman Tuhan
ini jelas meminta kita agar tidak
memperlakukan alam semena-mena.
Kalau kita bisa bersama-sama
menjaga alam sebagai rumah bagi banyak hewan, maka hal ini juga berdampak pada
kehidupan kita. Sebab kalau habitatnya terawat dengan baik, mereka pasti tidak
akan mengganggu wilayah atau kawasan tempat dimana kita tinggal.