Dalam Perjanjian
Lama dituliskan tentang kisah nabi dan pembuat mujizat Elisa yang terbaring
sakit di tempat tidurnya. Raja Israel Yoas lalu mendengar kabar itu dan bergegas untuk menemuinya. Sang raja pun berseru, “Bapaku, bapaku!” (2 Raja-raja 13: 14).
Kenapa Raja
Yoas menyebut Elisa sebagai bapanya? Padahal ayah Yoas adalah Yoahas. Mereka sama
sekali tak punya ikatan darah apapun. Yoas sepertinya tak sekadar menyebut Elisa
sebagai nabi atau pembuat mujizat. Tapi dia memanggilnya dengan sebutan yang dia anggap pantas yaitu ‘bapa’.
Menilik dari
hubungan Yoas dan Elisa, kita tahu persis bahwa begitulah hubungan seorang anak dengan bapanya.
Ada perbedaan
besar antara ayah yang benar-benar menyayangi anak-anaknya dengan ayah yang benar-benar bertindak seperti seorang ayah.
Peran menjadi
seorang ayah adalah sesuatu yang istimewa. Itu sebabnya Tuhan memakainya sebagai
metafora untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan kita. Dalam hal ini, kita tentu
saja tak mengabaikan peran seorang ibu yang sangat besar dalam membesarkan anak-anaknya. Tapi kehadiran seorang ayah sangat berpengaruh besar dalam hidup seorang anak.
Seorang anak
tak akan puas kalau ayahnya hanya mengucapkan ‘aku sayang kamu nak’. Bahkan meskipun
ucapan itu disampaikan sampai ratusan kali, anak tak akan cukup puas. Karena anak
juga perlu interaksi langsung dengan sang ayah. Anak butuh waktu bersama yang bisa
mereka habiskan. Entah itu, saat ayah mengajak anak potong rambut bersama, berenang bersama, makan bersama, olahraga bersama dan sebagainya.
Momen-momen inilah yang membuat anak merasa memiliki ayah seutuhnya. Hal ini bukan soal uang atau soal kenyamanan yang disediakan sang ayah. Tapi soal seberapa sering seorang ayah menyediakan waktu bersama dengan anak-anaknya. Semakin banyak kenangan kebersamaan ayah dan anak, maka ikatan diantara keduanya pun akan semakin kuat. Anak yang diperhatikan, dituntun dan diarahkan oleh seorang ayah pasti akan tumbuh menjadi pribadi berkarakter.
Baca Juga :
Semua Ayah Kristen Perlu Membacanya, Ini Alasan Mengapa Kamu Wajib Dirikan Mezbah Keluarga
Sepenggal Kisah yang Ditulis Teruntuk Kamu yang Punya Ayah ‘Jangan Lupakan Pengorbanannya'
Sayangnya, struktur
keluarga belakangan ini berubah perlahan-lahan. Kondisinya malah semakin buruk.
Terlalu banyak ayah yang sibuk dengan pekerjaannya, sibuk dengan aktivitasnya dan
menganggap waktu bersama anak adalah investasi yang penting bagi pertumbuhan anak.
Rasul Paulus
pun menemukan masalah serupa terjadi di gereja Korintus. Kondisi saat itulah yang
mendorongnya untuk menulis pesanyang cukup tajam, katanya, “Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus,
kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.” (1 Korintus 4: 15)
Sekarang kita
tahu bukan kenapa Raja Yoas memanggil Elisa dengan sebutan bapa dan bukan rabbi
atau nabi. Karena Elisa punya karakter seorang bapa yang dilakukannya kepada umat
Tuhan. Dia berperan sebagai pelindung dan pembuat mujizat bagi bangsa itu. Itulah peran seorang bapa rohani. Hal serupa juga dibutuhkan oleh anak-anak dari ayah mereka.
Mereka tak hanya
butuh kata-kata semata dari orang tuanya, tapi sebaliknya mereka butuh tindakan
dan perhatian khusus setiap hari.
Mungkin ada
ribuan bahkan jutaan anak di luar sana yang tak pernah merasakan kehadiran seorang
ayah dalam hidupnya. Mari berdoa supaya, setiap ayah menyadari peran besar yang
diberikan Tuhan dan membawa anak-anak mereka untuk lebih dekat mengenal tentang
kasih Bapa kepada anak-anaknya. Seperti Allah sendiri kepada setiap kita, umatNya.