Kejadian serangan
bom bunuh diri di Surabaya membuat masyarakat dunia marah sekaligus tak habis pikir.
Pasalnya, dari tiga kejadian teror bom yang terjadi sejak Minggu, 13 Mei 2018, ditemukan kalau pelaku bom melibatkan keluarga (istri dan anak-anaknya).
Keterlibatan
kaum perempuan dan bahkan anak-anak dalam tindakan kejahatan ini sangat disayangkan
banyak pihak. Dibilang tega dan biadab? Tentu saja! Tapi yang jadi pertanyaan adalah
kenapa pelaku kejahatan harus melibatkan anak-anak? Tindakan teroris ini diklaim
muncul dari ideologi agama yang salah dari orang tua. Ideologi inilah yang
kemudian ditularkan kepada anak-anaknya sehingga anak tumbuh dengan pemahaman yang salah.
Dengan kata
lain, tindakan ini disebut dengan indoktrinasi dimana seseorang melakukan kontrol
pikiran kepada orang lain, baik itu dengan cara mencuci otak, memaksa, menyalahgunakan
pikiran, mengendalikan pikiran atau mengubah pola pikir seseorang tentang suatu
hal. Secara sistematis seseorang akan melakukan metode manipulatif yang tidak
etis untuk membujuk orang lain supaya mengikuti keinginannya. Tindakan indoktrinasi
inilah yang ditakutkan banyak dilakukan oleh orang tua kepada anak terkait menanamkan ideologi agama yang salah kepada anak.
Apakah metode
ini tanpa sadar sedang kamu lakukan kepada anak? 5 tanda ini mengindikasikan kalau orang tua sedang mengajarkan ideologi agama yang salah kepada anak.
Tanda 1: Orang tua mendorong anak menganut keyakinan secara membabi buta
Setiap agama
tentu saja mengajarkan tentang kebaikan. Tapi menjadi salah kalau ajaran agama itu
dipelintir ke dalam ajaran yang menyimpang, seperti paham bahwa Tuhan harus dibela,
orang yang bukan satu iman harus dimusuhi atau dibasmi, berjihad adalah bagian dari tugas umat beragama dan sebagainya.
Dalam firman
Tuhan yang tertulis di Alkitab, Allah tak sekali-kali meminta pembelaan dari
umatNya. Sebaliknya, Allah sendirilah yang berperang di tengah umat-Nya. Atau Allah
tak mengajarkan tentang membalas kebencian dengan kebencian, sebaliknya Dia mengajak
umatNya untuk membalas kebencian dengan kasih. Jadi kalau pengajaran agama yang
benar itu sudah dipelintir kepada tindakan atau pemikiran yang negatif, itu artinya anak sedang di doktrinasi dengan ideologi agama yang salah.
Tanda 2: Menjawab pertanyaan anak soal Tuhan dengan ketidaksetujuan
Saat anak punya
rasa ingin tahu yang besar tentang Tuhan, mereka kemudian mengajukan pertanyaan
kepada orang tua. Sayangnya, orang tua justru menolak untuk menjawab. Padahal saat
anak-anak mengajukan pertanyaan tentang Tuhan, itu adalah hak istimewa dan tanggung jawab orang tua untuk menawarkan jawaban yang akurat dan bijaksana.
Tindakan
ini hanya membuat anak menerima apa yang orang tua mereka percayai saja tanpa berani
mengeksplorasi kebenarannya. Apakah hal ini termasuk pemaksaan agama? Tidak
sepenuhnya, tapi tindakan ini akan membentuk anak percaya saja dengan keyakinan yang dianut orang tuanya.
Orang
atheis sendiri melakukan hal ini kepada anak-anaknya. Mereka memastikan supaya anak-anaknya
tak banyak bertanya dengan sosok Tuhan. Mereka akan terus menjawab dengan jawaban rasional mereka.
Tanda 3: Mengajarkan anak bahwa agama lain itu tidak benar
Ada banyak keyakinan
yang dianut oleh masyarakat kita. Di Indonesia sendiri, ada sekitar 6 agama. Tapi
terlalu banyak di antara kita yang skeptis dan menganggap kalau agamanya lah yang
paling benar. Lalu mengkritik ajaran agama yang lain dengan melihat hal-hal negatifnya
saja. Saat orang tua melakukan hal ini, secara tidak sadar mereka pun akan menularkan
pemikiran salah ini kepada anak-anaknya. Mereka akan membentuk pandangan negatif soal agama lain di pikiran anak.
Tahukah kamu, metode inilah yang banyak diterapkan oleh orang tak beragama soal keberadaan Tuhan. Mereka mengajarkan anak-anaknya bahwa kekristenan adalah bentuk pembodohan yang sangat fatal. Sementara Alkitab disebut hanyalah sebuah buku dongeng yang bertujuan untuk membawa seseorang berhayal tentang sosok pencipta yang tak pernah ada.
Baca Juga :
Lahir Dari Rahim Seorang Ibu, Inilah Cara Tuhan Pakai Sosok Ibu Untuk Wariskan Iman
Selain Andalkan Logika, Ini 10 Alasan yang Bikin Anak Muda Gak Lagi Percaya Tuhan
Tanda 4: Mencekoki anak dengan ideologi surga dan neraka
Para penganut
ideologi agama yang salah berisiko besar menjadi pelaku kejahatan karena hal
ini. Dalam ideologinya, mereka percaya bahwa hidup di dunia bicara tentang mengejar
surga atau neraka. Jadi, mereka berlomba-lomba melakukan tindakan yang dinilai akan
membawa mereka masuk surga. Salah satu ideologi surga neraka yang salah adalah berjihad untuk Tuhan.
Orang tua dengan
ideologi semacam ini pasti akan cenderung memaksakan anak-anaknya untuk mengejar
surga, apapun caranya. Apakah kamu tanpa sadar mencekoki anak-anakmu dengan pemahaman semacam ini?
Tanda 5: Memaksa anak menganut ideologi yang sama dengan kekerasan
Kesalahan terbesar
orang tua dalam mengajarkan agama kepada anak adalah dengan memaksanya. Memaksa
dengan kekerasan hanya membuat anak tunduk karena dihantui ketakutan akan ancaman kekerasan dari orang tuanya.
Saat orang
tua menganut ideologi agama yang salah, bagaimanapun anak sedikit tidaknya pasti
akan tumbuh dengan pandangan yang sama dengan orang tuanya. Karena orang tua adalah
orang terdekat yang dipercaya oleh anak. Sehingga apapun yang mereka sampaikan akan mudah dipercaya.
Sementara dalam
kekristenan, kita diajar untuk percaya bukan kepada satu agama tapi percaya kepada
Tuhan yang benar. Saat orang tua memiliki pengenalan yang benar akan Allah,
maka bisa dipastikan mereka akan mengandalkan Tuhan untuk membuat anak-anak mereka
bisa mengalami pengenalan yang benar akan Dia lewat pengalaman pribadi anak sendiri.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.” (Amsal
22: 6)