Seorang saksi
mata sekaligus tukang parkir di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro,
Surabaya, Mulyanto sempat menyaksikan saat seorang perempuan dewasa bercadar
dengan dua anak berjalan cepat ke arah GKI. Namun seorang satpam gereja
sempat menghalangi. Saat hendak menyusul satpam, Mulyanto justru menyaksikan bom seperti petasan meledak.
“Kira-kira pukul 08.15 WIB. Jemaat sudah pada datang, tapi sembahyang belum dimulai,” ucapnya.
Satpam gereja pun
jadi korban ledakan yang menderita luka parah di sekujur tubuhnya. Sementara perempuan pelaku bom beserta dua anaknya tewas seketika di lokasi kejadian.
Aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh kaum perempuan ini memang terdengar tak biasa. Pasalnya dalam setiap aksi teror bom bunuh diri yang terjadi sebelumnya, hampir semua serangan dilakukan oleh laki-laki. Pelaku perempuan bom GKI Diponegoro itu bahkan tak beraksi sendirian melainkan melibatkan dua anak-anak.
Baca Juga :
Teror Bom di Surabaya, Warganet Serukan Untuk Tidak Sebarkan Video & Foto Teror
Tiga Gereja di Surabaya Diguncang Ledakan Bom
Terkait hal ini,
Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menduga aksi ledakan bom bunuh diri pelaku perempuan di gereja Surabaya itu adalah kelompok lone wolf atau sel terputus teroris.
“Mereka terpapar
radikalisme dan terorisme dari media sosial. Mereka bergerak sendiri, meski
berbaiat dengan kelompok Jamaah Anshorut Daulah (JAD). Sebab itu mereka bisa membuat bom dan taktis dalam bergerak,” kata Qoumas dalam berita yang dikutip Liputan6.com, Minggu (13/5).
Ledakan bunuh
diri tak hanya terjadi di GKI Diponegoro, namun dua gereja lainnya yang terletak
tak jauh dari sana juga jadi sasaran serangan. Seperti halnya Gereja Santa
Maria Tak Bercela di kawasan gagel Surabaya, yang diserang dengan pelaku yang
mengendarai sepeda motor dan menyebabkan empat orang tewas. Kemudian disusul
Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno dengan korban tewas dua
orang.
Sejumlah
pihak melayangkan sikap dan mengutuki tindakan brutal terorisme tersebut.
Sementara lembaga-lembaga keagamaan mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas kelompok
yang mendalangi aksi ini.