Pada masa yang akan datang, garis
yang memisahkan antara realita dan virtual akan menjadi sesuatu yang sukar,
dimana opini media dan hiburan akan muncul bahkan sebelum kita menyadarinya.
Satu hal yang kita tahu adalah masa depan akan dihadapkan dengan beberapa pilihan.
Teknologi berkembang sangat
pesat. Bahkan menjadi bagian dari kehidupan kita. Media sosial berperan sebagai
kunci yang mendasar mengenai apa yang kita harapkan dari konten untuk dikonsumsi sekaligus pengalaman apa yang ingin kita dapatkan darinya.
Teknologi membuat kita bisa berinteraksi dengan ribuan orang di dunia digital, tanpa perlu khawatir akan
jarak. Media sosial selalu berinovasi dalam mengembangkan cara orang-orang
berkomunikasi, termasuk memberikan harapan bagi banyak orang mengenai apa saja
yang memungkinkan ketika kita bicara mengenai komunikasi yang interaktif. Platform
media sosial sudah menjadi makanan sehari-hari bagi kita, seperti Facebook, Twitter, atau Instagram.
Bukan hanya sebagai wadah untuk
menghubungkan satu orang dengan orang lain, media sosial juga menjadi sumber
mata pencaharian sekaligus peluang bagi kita semua. Jika media tradisional
menggunakan media cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet.
Media sosial mengajak siapa saja
yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Hal ini kemudian menjadi peluang bagi para pengusaha di Indonesia. Sebuah perusahaan investasi asal Singapura merilis sebuah hasil riset mengenai pasar online di Asia Tenggara pada tahun 2016 silam. Dalam riset tersebut menjelaskan kalau nilai pasar online di Asia Tenggara bakal menyentuh angka sekitar 200 miliar dollar AS atau Rp 2,647 triliun pada tahun 2025.
Baca juga:
Dengan angka tadi, kita tahu kalau Indonesia
ikut andil dalam menyumbang angka-angka tersebut. Kita harus bisa mulai
berpikir secara kritis dalam menghadapi segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Bahasan persoalan disruptive technologi akan selalu menjadi pokok bahasan yang menarik untuk dibahas.
Bagaimana inovasi dan cara kita dalam
menghadapi teknologi yang 'menggila' seperti saat ini. Terutama dalam ruang
lingkup Kekristenan. Seperti yang kita tahu kalau kecepatan teknologi juga
mempengaruhi pola pikir seseorang. Penting bagi kita selaku pelayan dan orang percaya untuk mengetahui lebih dalam perihal ini.
Bersama Andy Zain, Ericko Tandayu dan
Hartono Sugianto yang akan
membahas mengenai ‘Disruptive Tech in religious landscape', di Imago Conference
2018 tanggal 25-26 Mei 2018 hadir untuk memperlengkapi kita sebagai
pemimpin generasi menjadi pribadi yang
berdampak bagi dunia.
Bagi kamu yang mau ikutan, bisa mendaftarkan diri lewat nomor sms/WA yang tertera di poster ini.