Menjadi sebuah
kehormatan kalau Indonesia mendapat kembali penghargaan kerukunan umat beragama
yang disebut World Interfaith Harmony Week 2018 dari Raja Yordania, Abdullah II bin Al Hussein di Istana Husseiniyah, Amman, Selasa (24/4) lalu.
Penghargaan
itu pun diterima secara khusus oleh Pendeta Jacklevyn Manuputty yang mewakili Utusan
Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP).
Nama Pendeta
Jacklevyn Manuputty mungkin masih asing ditelinga kita. Tapi rupanya dari berbagai
sumber ditulis soal latar belakang pendeta yang satu ini. Rupanya dia adalah hamba
Tuhan yang sudah lama berkecimpung dalam dunia pelayanan, bukan gereja, tapi dalam sebuah kegerakan untuk menghadirkan perdamaian umat beragama.
Pemilik
nama lengkap Jacklevyn Frits Manuputty ini adalah warga keturunan Ambon, Maluku.
Dia adalah pendeta yang menyaksikan konflik agama Muslim dan Kristen di Ambon pada
tahun 1999-2002. Konflik yang menewaskan lebih dari 10.000 orang ini mengilhami Pdt. Jacky untuk menyudahi perang.
Saat itu,
dia mulai melakukannya dengan kampanye perdamaian dan advokasi nasional serta internasional.
Tindakannya yang dinilai tak berpihak terhadap salah satu kubu membuatnya dicap
sebagai musuh. Tapi dia tak berhenti, sekalipun rumahnya harus dibakar oleh pembencinya.
Dia lalu mulai menulis satu bab tulisan berjudul ‘Dari Tarian Perang ke Tarian Damai’ yang membeberkan soal akibat dari
perang Ambon terhadap anak muda. Siapa sangka perjuangannya untuk menghadirkan perdamaian di Maluku membuahkan hasil yaitu diterbitkannya Perjanjian Malino II.
Perjuangan tak
sampai di situ, Pdt. Jacky kemudian membangun Lembaga Antariman Maluku Aksi
Kemanusiaan (LAIM) untuk memelihara keamanan dan kondisi yang sudah mulai membaik
di sana. Tapi karena satu dan lain hal, konflik agama itu kembali berkobar pada
September 2011. Dia pun dengan cepat membentuk kelompok-kelompok pemuda yang menamakan
dirinya ‘Provokator Damai’ yang bekerja lewat kampanye sosial media dan SMS. Langkah ini pun rupanya membuahkan hasil yang memuaskan dan berhasil meredam konflik.
Berkat segala
upayanya, Pdt. Jacky dianugerahi penghargaan Peacemaker in Action Award 2011
dan 2012. Sejak saat itu, dia resmi menjadi anggota baru dari komunitas perdamaian
Tanenbaum Center for Interreligious Understanding yang berpusat di New York, Amerika.
Selain itu,
Pdt. Jacky juga pernah mendapat penghargaan sebagai Pekerja Perdamaian dari Ma’arif
Institute, yang didirikan oleh Buya Syafii Maarif.
Sedikit
orang yang mungkin tahu soal perjuangan Pdt. Jacky dalam mewujudkan perdamaian di
tanah Maluku. Semangatnya untuk mewujudkan perdamaian seperti saat konflik di
tanah kelahirannya tetap terpelihara sampai saat ini. Dia terus bergerilia menyebarkan
perdamaian ke berbagai daerah, kota dan bangsa.