Pernah Bermusuhan, Mantan Petempur Kristen dan Islam Saat Konflik Ambon Kini Bersahabat
Sumber: BBC Indonesia

Nasional / 24 April 2018

Kalangan Sendiri

Pernah Bermusuhan, Mantan Petempur Kristen dan Islam Saat Konflik Ambon Kini Bersahabat

Budhi Marpaung Official Writer
32591

Wilayah Republik Indonesia 19 tahun lebih yang lalu pernah diguncang oleh konflik bernuansa SARA di Ambon. Masyarakat di sana ketika itu dibagi dalam dua kelompok, yakni kelompok Kristen dan Islam.

Menurut keterangan Pendeta Jacky Manuputty, ada sekira 5.000 jiwa yang tewas selama konflik berlangsung di daerah berjuluk Ambon Manise ini. Kedua belah pihak sama-sama banyak kehilangan anggotanya.

Diantara banyak kisah sedih, terdapat satu kisah yang mengharukan yakni pertemanan yang terjalin diantara salah seorang petempur dari Kristen dengan yang dari Islam. Mereka adalah Ronald Regang dan Iskandar Slameth.  

Ronald Regang merupakan pemimpin komandan pasukan anak Kristen kala itu, sedangkan Iskandar Slameth merupakan bagian Pasukan Jihad. Baik Ronald dan Iskandar masih sama-sama berusia belia, yakni 10 tahun dan 13 tahun.

Seusai perjanjian Malino 2002, konflik di Ambon mulai mereda walaupun masih tetap saja terjadi beberapa hal yang menegangkan. Ronald dan Iskandar pun tidak lagi angkat senjata lagi. Keduanya yang dianggap sebagai pahlawan ketika itu, justru mengalami hal menyakitkan karena dituduh sebagai biang persoalan yang ada.

“Dulu kita dianggap sebagai pahlawan karena kita maju ke medan pertempuran di garis depan, nyawa taruhan kita, dulu kita dianggap sebagai Tuhan kedua dalam medan pertempuran… setelah konflik memang kita dikucilkan,” ungkap Ronald seperti dikutip dari laman BBC Indonesia, Selasa (24/4/2018).

“Kalau tak ada kita saat itu, apakah kalian masih ada? Tidak ada daerah Kristen yang bisa bertahan berapa belas tahun. Atau daerah Muslim yang bisa bertahan. Saya tak tahu kenapa orang berpikir seperti itu … Memang sakit hati,” sambungnya.

Ronald dan Iskandar akhirnya bertemu pada 2006 di dalam sebuah acara lintas damai yang melibatkan Lembaga Antar Iman Maluku, wadah yang diorganisir Pendeta Jacky Manuputty dan Ustad Abidin Wakano. Dalam pertemuan tersebut, para mantan tentara anak mengungkap pengalaman dan perasaan masing-masing.


(Ronald (kiri) dan Iskandar (kanan) kini saling bersahabat / Sumber: BBC Indonesia)

"Saya tulis saya paling benci sama orang Kristen, karena kakak saya hancur kakinya, sepupu saya mati. Lalu saya bakar semua (tulisan itu)," ujar Iskandar mengenang.

Sementara itu Ronald menyatakan, "Saat itu tak ada kemarahan, tapi merasa bersalah. Saya minta maaf kepada orang Muslim yang pernah saya bunuh, saya minta maaf untuk semua orang Muslim dan saya katakan bukan saya saja yang membunuh, tapi semua orang saat itu membunuh, prinsipnya adalah bila tak membunuh akan dibunuh."

"Kita tak tahu apa yang kita perbuat saat itu, dan seandainya kalau kita tahu pun, kita tak akan lakukan," kata Ronald.

Pendeta Jacky yang menjadi saksi persahabatan antara Ronald dengan Iskandar mengungkapkan itu bisa terjadi karena keduanya melihat terlebih dahulu dirinya dengan Ustad Abidin yang bisa menjadi sahabat dan keluarga.  

Baca Juga: Sangat Menyedihkan, Inilah 2 Kasus Perceraian Tokoh Kristen yang Mengejutkan Publik

"Dia (Ronald) melihat saya dan Ustad Abidin menjadi sahabat dan keluarga, dan itu merubah citra dia tentang Muslim. Kami pertemukan dia dengan teman-teman Muslim. Dia membandingkan dengan apa yang dia pahami sebelummya. Rasa percaya mulai tumbuh. Kami libatkan dia dalam lingkungan yang lebih luas."

"Dia percaya Ustad Abidin sebagai panutan (untuk percaya Muslim) dan saya menggaransi (kepercayaan itu). Dari Ustad Abidin dia bangun rasa percaya," tambah Pendeta Jacky.

Saat ini, ungkap Pendeta Jacky, Ronald dan Iskandar merupakan “duta damai” melalui gerakan yang dinamakan Provokator Perdamaian.

Sumber : BBC Indonesia
Halaman :
1

Ikuti Kami