Setelah jatuh ke dalam dosa,
manusia cenderung punya kebiasaan menutupi kesalahannya. Coba saja kita lihat
ketika Adam mencoba untuk menutupi kesalahannya ketika memakan buah dari pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Bukannya mengakui kesalahannya,
Adam justru menyalahkan Hawa, bahkan terkesan menyalahkan Tuhan karena telah menciptakan Hawa.
Salah satu yang dilakukan kita
untuk menutup kesalahan adalah dengan menyalahkan orang lain. Dalam keseharian,
kita pasti pernah menjadi sosok yang kerap disalahkan agar kesalahan yang
dilakukan orang lain tersebut dapat tertutupi. Percaya deh, sikap kita dapat
menentukan bagaimana sikap orang tersebut setelahnya, lho. Agar kita tidak terus menerus berada pada posisi ini, yuk lakukan 3 hal dibawah ini
1. Tidak berusaha untuk menyalahkannya kembali
Sebagai pribadi yang diberikan
emosi, sudah pasti kita akan langsung membela diri kita sendiri atas tindakan
yang tidak adil. Ketika berhadapan dengan posisi ini, mungkin rasanya kita
ingin meluapkan segala kekesalan kita terhadapnya atas perlakuannya.
Dibandingkan mencoba untuk menyerangnya, ada baiknya kita mulai mendinginkan
kepala dan berkata, "Aku tidak setuju," atau langsung pergi meninggalkan percakapan.
2. Tidak mencoba untuk menjadi bagian dari 'acting'nya
Mereka yang mulai menyalahkan
orang lain akan mencoba mendapatkan bantuan dari sekelilingnya. Jika kita ikut
terlibat, maka sama saja kita telah mengikuti permainannya. Jika masalah yang
dihadapi cukup serius, cobalah untuk menahan diri dengan tidak ikut menyalahkan siapa pun.
Katakan kepadanya kalau sikapnya tersebut membuat kita tidak nyaman. Daripada mengatakan "Loh, ini kan salahmu," kita bisa memilih kalimat, "Kok kayaknya yang terjadi nggak begitu ya," atau "Aku tidak sepakat denganmu."
Baca juga: Jangan Salah Kaprah! 4 Cara Minta Maaf Ini Tidak Dibenarkan, Lho
3. Mendoakan orang tersebut
Mungkin mereka melakukan hal ini
bukan hanya karena ingin menutupi kesalahannya, tetapi juga karena tidak
menyukai kita. Kalau kita sudah terus menerus bersabar dan mengalah tetapi
orang tersebut tidak juga menunjukkan penyesalan atau ada keinginan untuk
berhenti, ini adalah waktunya untuk mundur dari kehidupannya dan membawa
namanya ke dalam doa. Percaya deh, doa kita dapat meluluhkan hati mereka yang keras.
Apakah kita sudah berlaku benar
dan adil terhadap orang tersebut? Ini adalah pertanyaan yang mungkin akan
timbul di pikiran kita. Kita
harus menyadari kalau kasih itu memang beresiko. Kita tidak pernah tahu apa isi
hati seseorang. Ketika ada orang lain yang berlaku tidak adil terhadap kita, tidak seharusnya kita membalas perlakuannya.
Memang tidak nyaman rasanya berbuat kasih
kepada orang yang berbuat buruk kepada kita. Tetapi, kalau kita pikir-pikir
lagi, bukankah kita juga sudah banyak menyakiti hati Tuhan, tetapi Ia tetap mengasihi kita?
Kita juga perlu ingat untuk tidak terus menerus
memikirkan orang tersebut. Karena kita juga punya hak untuk bahagia.
Dari sini, kita seharusnya bisa belajar untuk bijak dalam memilih pertemanan.
Karena teman yang baik adalah mereka yang mendorong kita menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
Sumber : jawaban.com