Ingat banget beberapa tahun lalu ketika saya tinggal bersama kakak angkat saya. Kami tinggal berdua disebuah kamar kosan dan itu berlangsung selama beberapa tahun. Dalam proses itu, ada banyak hal yang terjadi. Ada senang dan bahkan ada kesal dan kecewanya.
Bayangin aja saya tinggal serumah dengan kakak yang bukan
darah daging saya dengan karakter yang berbeda. Iya sih, mengingat kita berdua
sudah sama-sama lahir baru, tentu kami bisa menahan amarah masing-masing ketika
salah paham mewarnai hubungan pertemanan kami.
Beberapa kali saya selalu mengalah dengan sikapnya yang menjengkelkan, menyebalkan, sedikit terkesan sombong dan sometimes curang.
Pernah alami kejadian yang sama nggak?
Kemarin ada seorang anak menghubungiku lagi dari akun Instagram
dan bercerita soal kekecewaannya kepada kakaknya.
"Kesal kak, dia sombong banget dan semena-mena sama aku. Padahal aku yang selalu mengalah. Dia bersikap curang dirumah. Selalu berantakin rumah lalu suruh saya beresin, giliran saya nggak mau, dia ngadu ke orangtua dan mutar balikkan fakta. Keterlaluan sekali, bahkan dia suka bicarain aku ke teman-temannya, bicara buruk dan suka ngomong kasar. Aku harus gimana kak? Rasanya pengen bunuh dia saja..."
Mendengar hal itu, saya tertegun dan merenung.
Di dalam kehidupan ini, kita semua pasti pernah merasakan
gundah dan gusar hati saat bertemu dengan orang-orang yang menjengkelkan dan
menyebalkan. Entah teman, sahabat, tetangga atau keluarga kita sendiri. Namun
yang pasti kita sering menemukan hati kita gusar kepada mereka, mungkin karena
sifat liciknya, sikapnya yang sombong, tingkahnya yang semena-mena, perbuatannya
yang curang, omongannya suka kasar atau masih banyak hal lainnya.
Tetapi saya diingatkan oleh Roh Kudus soal itu semua, bahwa gimanapun mereka terhadap kita, Firman Tuhan dengan jelas melarang kita untuk membalas perbuatan mereka.
Roma 12:17,21 mengatakan : “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"
Firman ini sungguh luar biasa, bagaimana kita diajar untuk membalas segala kejahatan dengan kebaikan. Menurutku, itulah yang disebut dengan kasih.
Perlu kita renungkan dan ingat bahwa kehadiran
orang-orang demikian dalam hidup kita, bukanlah suatu kebetulan, mereka
diijinkan Tuhan untuk mengasah hati kita agar menjadi semakin tajam.
Amsal 27:17 menuliskan : "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."
So, Tuhan tahu persis gimana membentuk hati kita, dan Dia
juga mengenal kita dengan baik. Dia ingin yang terbaik bagi kita, jadi
bertahanlah dalam "proses penajaman" ini . Ini terjadi atas izin dan
kehendak-Nya
Tetap bersabar, tahan uji dan bergantung pada-Nya.
Tunjukkan kebaikan dan kasih Allah, maka kamu akan menang dalam peperangan ini.