Awalku menjadi seorang pencopet
Di jalanan, hukum rimba itu selalu berlaku. Bagiku, Joni Sihombing,
jalanan merupakan salah satu pelarian dari kehidupan masa kecil yang tidak
pernah sedikitpun merasakan kasih sayang orang tua. Sebagai seorang anak rantau
yang berasal dari Kota Binjai,
kuhabiskan hari-hari di jalanan sebagai seorang pencopet. Lagi, hukum rimba
memaksaku menjadi pribadi yang kuat, jika aku tidak mencopet, satu suap nasi pun tidak akan bisa aku dapatkan.
Siangnya mencopet, malamnya
kuhabiskan untuk bersenang-senang bersama rekan-rekan jalananku. Dunia malam
nampak sangat biasa bagiku. Bagi
rekan-rekanku, sekali berbuat jahat, lakukan kejahatan itu tanpa perlu tanggung-tanggung.
Dari pencopet, aku kini merampok
Buat seseorang yang biasa hidup
dijalanan, pendapatan bukanlah sebuah faktor kepuasan dalam hidup ini. Namun bagaimana kita
bisa menempatkan keberanian ini untuk berbuat jahat kepada orang lain. Aku,
Joni, tidak kenal takut. Sekali nyaliku ciut, jangan harap aku bisa hidup di dunia ini.
Ketika hidup di jalanan, pikiran ini rasanya selalu
kosong. Sehingga aku mendapatkan banyak pengaruh buruk dari rekan sekitarku
yang juga orang-orang jalanan. Suatu kali ada seorang rekan mengajak untuk
merampok sebuah rumah. Mencopet saja tidak cukup bagiku. Aku terima ajakan dari
rekanku tersebut. Satu perbuatan keji yang pernah kulakukan adalah, aku pernah membunuh seseorang.
Tidak memiliki belas kasihan pada sesama menjadikanku seorang pembunuh
Aku pun tidak menyangka, betapa
kekurangan kasih sayang dari orang tua membuatku tidak memiliki sedikitpun
belas kasihan pada orang lain. Hingga akhirnya tindakan kriminalku tersebut tercium oleh
polisi. Mereka menyergap malam hari di rumah kontrakanku. Satu pelajaran yang ada dalam pikiran saat itu bahwa teman adalah penghianat.
Aku meyakini kalau temanku yang
melaporkan tindak kriminalku tersebut. Entah mengapa, saat itu pikiranku
langsung menuju pada perlakuan orang tua padaku. Dimana aku tidak pernah merasakan kasih yang
sesungguhnya dari mereka. Bahkan hingga akhir mereka menghembuskan nafas, tidak
pernah aku merasakan pelukan dari orang tua. Selama aku hidup, dua kali aku mencicipi rumah tahanan.
Pertemuan dengan teman melembutkan hatiku
Setelah keluar penjara, motivasi
untuk hidupku adalah bertahan hidup dengan mengumpulkan uang. Tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan lamaku mengingat sudah 12 tahun aku hidup di jalanan. Suatu hari, aku kembali
bertemu dengan satu sosok yang dahulu sama-sama mencicipi jalanan bersama. Kami kehilangan komunikasi
lantaran aku masuk penjara, sementara temanku ini tidak mengetahui lokasi penjara tempatku berada.
Namanya Andy Matius. Orang jalanan yang
diubahkan oleh Tuhan. Dia memilih untuk melayani Tuhan dengan menjadi seorang
pendeta. Aku merasakan perbedaan yang luar biasa dalam pribadi Andy Matius.
Dimana ia sekarang selalu mengasihi sesama, bertutur kata lembut, sabar dan yang paling penting, dia mau mengajakku untuk kembali berjalan bersama Tuhan.
Bagi Andy, aku adalah sosok yang disebut sebagai raja kejam, menakutkan, bahkan berani untuk membunuh orang. Aku ingat kalau dulu Andy pernah mencegahku untuk melakukan pembunuhan. Bukannya menjauh karena kami tidak lagi berjalan dalam perjalanan yang sama, ia justru menginginkan aku memiliki kehidupan yang lebih baik.
Baca juga: Saat Pengedar Film Porno Sekaligus Pemakai Narkoba Mencari Tuhan Untuk Hidup, Fendra
Mengenal hati Bapa yang penuh kasih
Ia menjelaskan kalau kehidupannya ini menjadi
bermakna dan memiliki pengharapan karena pribadi yang bersama Kristus. Andy
mengajakku untuk sekolah Alkitab. Sepertinya, hampir 15 kali aku menolak ajakan
tersebut. Alasannya? Sangat berat bagiku untuk melepaskan kebebasan yang selama ini kudapatkan dari jalanan.
Hingga ada satu titik, aku merasa bosan dengan
kehidupan jalanan. Aku mendatangi Andy untuk menerima tawarannya tersebut. Di
sekolah Alkitab, aku mendapatkan satu renungan mengenai hati Bapa. Dimana Bapa adalah sosok yang pengasih hingga rela menebus dosa orang berdosa.
Saat itu aku menyadari kalau Bapa telah
mengampuniku ketika aku berada jauh dariNya. Tuhan Yesus sangat baik. Kasihnya
kepadaku tidak pernah tergantikan dengan hal-hal di dunia ini. Untuk pertama
kalinya, aku merasakan kasih seorang Bapa. Tidak terhitung kasihnya bagiku. Ia
mengajarkan untuk mengampuni dan mengasihi orang lain.
Kini, aku memiliki pengharapan di dalam
Kristus. Jika dulu aku rela mati di jalanan untuk bertahan hidup, apalah
artinya bagiku untuk mati bagi Kristus yang telah mengampuni dan menebus dosaku.
Saat ini, aku hidup untuk memuliakan nama Tuhan.