“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar.
Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu dan berusahalah memelihara
kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh dan satu Roh sebagaimana
kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu.” (Efesus 4:2-4)
Saat saya membaca
firman itu, saya mengingat seorang pria yang dekat dengan saya. Sebut saja namanya Ben.
Setiap kami bepergian
dengan kenderaan online, dia selalu memberi tips. Untuk beberapa kali, dia
selalu memberi tip bahkan diatas dari harga yang tertera di aplikasi. Sebagai
kekasih, tentu saya marah dan berkata :”kamu ngapain sih memberi tip sebanyak
itu? Harga mobilnya aja 15 ribu dan kamu malah kasih tip 15 ribu? Kok gitu sih, habis-habisin uang banget.”
Yap! Tentu sebagai
wanita, kita sangat perhitungan dan memikirkan setiap uang yang keluar dari dompet. Bukan pelit, tetapi ngira-ngira bukan?
“Kan memberkati yank.
Nggak apa-apa dong. Mereka susah lho cari uang dan mereka pasti sangat butuh uang,” responnya dengan manis sekali.
Tapi bagi saya,
memberi harus berkhikmat dan nggak sebanyak itu. Memangnya kita nggak nyari uang juga?
Dan sejak hari itu,
setiap perjalanan saya akan selalu mengecek berapa uang yang diberikan kepada sopir online. Dan dia selalu melihat aku dan bertanya:” Aku kasih tip 10 ribu ya.”
Kadang kala, dia akan
merengek dan berbisik:” Jangan dikurangi lagi tipnya yank, kasih segitu aja. 8000 ribu aja, plis! Kasih segitu ya!.”
Entah apa yang ada
didalam pikiran pria itu. Tapi bagi saya, “dia sedang memperkaya kenderaan online tanpa ngira-ngira.”
Setelah berjalan
cukup lama dengan kebiasaan dia yang sama. Aku semakin terganggu dalam
pikiranku dan bertanya dalam hatiku: “Tuhan, itu baik atau dia nggak berhikmat sih? Setiap hari begitu, dia bisa tekor.”
Setuju bukan? Tetapi cara
pria itu mengajar aku dan Roh kudus mengingatkan bahwa seharusnya kita saling
membantu dalam kasih dan membangun kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera seperti yang tertulis di efesus 4.
Saat saya mengurangi
nilai tip yang diberikan olehnya, dia merengek seperti memaksa harus memberi sedemikian
nilainya . Dan ternyata begitulah caranya membangun damai sejahteranya dan membantu dengan tulus.
“Saya tau betapa
sulitnya bekerja online naomi. Saya nggak mau tau apakah dia keluarga kaya dan
banyak orderan atau nggak. Tapi yang saya tau, saya didorong untuk memberi demikian, ya aku harus lakukan daripada aku merasa nggak tenang,” jelasnya.
Bahkan sampai hari
ini, dia nggak pernah kekurangan apapun dalam segi keuangan. Bahkan Tuhan memberkati pekerjaan dan setiap project yang dia kerjakan.
Dia memiliki hati
memberi dan nggak takut kehilangan bahkan kehabisan uang. Secara pribadi, saya di ajar bahwa memberilah dengan tulus dan taat kepada roh kudus
2 Korintus 9:6-7:” Orang yang menabur sedikir, akan
menuai sedikit juga dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga.
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan
sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi denga
sukacita.”