Kepedulian terhadap generasi
anak di Indonesia terus digelorakan, salah satunya datang dari Gerakan Gereja
Ramah Anak yang digagas Jaringan Peduli Anak Bangsa (JPAB) dengan
menyelenggarakan Pelatihan Membangun Sistem Perlindungan Anak Berbasis Gereja, mulai 4-6 Oktober di Jakarta.
Menurut Ketua JPAB, Ibu
Haryati, pelatihan ini didasari untuk merespon beberapa hal krusial yang
terjadi di Indonesia seperti bonus demografi, multi darurat anak, tantangan
generasi digital yang tidak mudah, hingga program perlindungan anak yang sedang
dilakukan oleh pemerintah. “Kami merasa terpanggil untuk merespon ini dengan
cepat dan segera karena waktu kita tidak banyak dalam menangkap jendela peluang bonus demografi ini,” katanya dalam siaran pers, Senin (4/10).
Selain itu pelatihan ini juga
sebagai usaha untuk memfasilitasi umat Kristiani (Kristen dan Katolik) dalam
berkontribusi dalam merespon hal-hal diatas. “Karena itu kami bersinergi dengan
kementerian PP PA untuk melengkapi para pimpinan Kristiani (STT/Fakultas
Teologi, Aras, Sinode) dan lembaga pelayanan Kristiani untuk dapat mempunyai
kapasitas dalam melindungi anak melalui pembangunan sistem perlindungan anak yang berbasiskan gereja,” tambahnya.
Dalam pelatihan, para peserta
yang sebagian besar adalah aktivis atau para pelayan anak di gereja mendapatkan beberapa materi penting seperti Perspektif Perlindungan Anak dan Hak Anak menurut KHA dan UUPA
yang dibawakan Dr. Hamid Palilama, Anak dalam Perspektif Alkitab, Potret Anak Indonesia dan Gerakan Gereja Ramah Anak, Pemahaman tentang Kekerasan dan Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan terhadap Anak, Membangun Kesadaran dan Persepsi Anak & Perlindungan Anak (Perangkat), hingga Strategi Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.