Aku akui bahwa nggak
seorangpun diantara kita yang sangat sempurna dan nggak pernah melakukan dosa.
Justru kita terpanggil dari masa lalu yang kelam (penuh dosa) dan disempurnakan oleh kasih Allah.
Beberapa waktu lalu, seseorang menghubungiku lewat akun whatsApp yang aku sengaja tulis di akun rohaniku sebagai
contact konselor, dia lalu bertanya begini “Bagaimana jika aku sudah bertobat,tetapi
tetap terus melakukan dosa, apakah aku layak dihadapanNya dan beroleh mahkota kehidupan?”
Nah orang tersebut
sudah sangat lama bertobat, bahkan 15 tahun dilalui sebagai pelayan Tuhan dan
pendoa keliling disebuah kota besar hingga mengarungi pulau-pulau untuk berdoa bagi bangsa-bangsa hingga saat ini.
Hal ini mengingatkan
aku beberapa hari lalu, saat seorang mantan kekasihku dari Australia mengajak
bertemu dan berkata “Aku di Jakarta sekarang, aku ingin ketemu kamu dan ngomong
sesuatu.” Kenyataannya aku sudah memiliki tunangan, jika hal ini aku izinkan
terjadi “tidakkah aku menyakiti hati tunanganku dan memberikan celah kepada
mantan kekasihku yang jelas masih menyukaiku?”. Fatalnya ini bisa berakhir
dengan dosa perselingkuhan. Sekali lagi, jika hal ini terjadi apakah itu dibenarkan oleh Tuhan dan aku berhak mendapatkan mahkota kemenangan?
Jadi, akhirnya topik pertanyaan tadi aku bawa kedalam sebuah meeting dengan rekan-rekan Kristen yang lain.
“Tentu dia akan
diampuni dan selamat, bahkan sampai kapanpun dia akan terus diampuni dan masuk
sorga karena dia sudah mendapatkan kasih karunia dimana Yesus mati sekali bagi
dosanya. Jadi nggak apa-apa,” pendapat mereka. Ada pula yang berpendapat bahwa
“Itu nggak masalah, karena selama kita hidup , kita nggak bisa jauh dari dosa”. Sangat menarik!
Setuju sekali bahwa
Yesus sudah mati bagi kita di kayu salib dan dosa kita telah diampuni. Aku juga
setuju jika kita nggak bisa jauh dari dosa, karena iblis selalu berjaga-jaga
dan sewaktu-waktu bisa saja menerkam kita hingga jatuh kedalam dosa lagi.
Tetapi apakah setuju jika kita melakukan dosa dengan sadar (tahu salah namun
dilakukan)? Setuju kah jika kita melakukan dosa dan berdoa minta ampun ,lalu
besoknya begitu juga, lagi dan lagi? Itu sih namanya negosiasi terhadap kebenaran.
Apa respon Allah terhadap ini?
Saat kita sudah bertobat dan memilih jalan Kristus, apakah kita bisa bertekun dalam dosa?
Roma 6:1-8 berkata “Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin
bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi
dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? Atau tidak tahukah kamu,
bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam
kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia
oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam
hidup yang baru. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut
disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita
menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas
dari dosa. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.”
Jadi jelas sekali bahwa
kita nggak boleh negosiasi terhadap dosa. Bayangkan saja jika kamu melulu berada
di level pertama saat bermain sebuah game, tentu kamu nggak akan mendapatkan
kemenangan karena jika kamu ingin mendapatkannya, kamu harus bergerak melalui level demi level.
Demikian dengan dosa dan
pertumbuhan kita didalam Tuhan. Jika ingin mendapatkan kemenangan, tentu kita
harus kuat melawan kedagingan kita dan ikut tuntunan Roh Kudus dalam diri kita supaya nggak jatuh dalam dosa lagi.
Allah nggak menyukai
negosiasi. Firman Allah di kitab wahyu 3:15-16 berkata “Aku
tahu segala pekerjaanmu:engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah
baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.”
Firman ini menegaskan bahwa “Nggak ada negosiasi terhadap
dosa, tetapi hendaklah kita bertahan kuat dan terus belajar melewati tingkat demi tingkat
sampai pada kemenangan.”
Yakobus 1:12: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan,
sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”