Bekerja adalah
sesuatu yang harus dilakukan oleh kita sebagai manusia. Allah sudah menetapkan
manusia untuk hidup melakukan sebuah pekerjaan supaya bisa makan dan
berkembang. Hal ini bisa kita lihat ketika Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa ,
Tuhan berfirman demikian di Kejadian
3:17: “…karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan makanan dari
buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu:Jangan makan dari padanya, maka
terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:”
Coba perhatikan
kalimat “dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah
seumur hidupmu.” Dan aku akan mengartikannya dengan “kamu nggak akan bisa apa-apa kalau nggak kerja karena uang adalah kunci hidup didunia.”
Baiklah, memang bisa saja
kita hidup dengan belas kasihan orang, namun pertanyaannya ‘bukankah orang tersebut memberi kita makan karena uang dan kerja keras?’
Berarti bekerja
sangat penting dan cukup penting bukan ? Lalu apa kaitannya dengan judul diatas?
Beberapa waktu yang lalu, saat aku chat dengan adikku, ada satu pembicaraan yang menarik darinya .
katanya, “aku udah
nggak pernah komsel lagi ke tempat itu kak, soalnya mereka udah jarang pergi karena sibuk dengan urusan masing-masing – hampir beberapa bulan ini.”
Sontak penyataan itu membuat aku sedih dan merenung. Pasalnya mereka yang dimaksud adalah kakak-kakak rohaniku yang
luarbiasa dan sangat menyemangati saat aku disana. Bahkan pertumbuhanku dan beberapa orang semakin sempurna karena melihat kisah hidup mereka dengan Tuhan.
Kali ini aku merasa ada yang berbeda karena kesibukan mereka yang entah sibuk apa saja.
Hal ini mengingatkan
aku kepada kejadian Marta dan Maria dihadapan Yesus. Ketika itu, Yesus mendatangi Maria dan Marta.
Maria duduk dikaki
Yesus sambil santai dan mendengarkan-Nya, sedangkan Marta sibuk kesana-kemari menyediakan makanan untuk orang-orang disana.
Lukas 10:39b: “Maria ini duduk dekat kaki Tuhan Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya,”
Secara pemikiran ,
hal ini nggak adil dan ini nggak baik bukan? Marta sibuk melayani sedangkan Maria hanya duduk mendengar Yesus.
Pemikiran ini juga
dialami oleh Marta , (ay40) menuliskan: “…sedang
Marta sibuk sekali melayani, ia mendekati Yesus dan berkata:” Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”
Namun, coba kita lihat apakah pemikiran Yesus sama dengan pemikiran kita dan Marta?
Lukas 10:41 menuliskan: “Tetapi Tuhan menjawabnya:’
Marta,Marta engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi
hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”
Nah, dari kisah ini
Tuhan ternyata menekankan kepada kita bahwa penyembahan jauh lebih baik
dibanding sibuk bekerja. Memang nggak ada yang salah dengan bekerja dan
melayani, namun melebihi dari segalanya penyembahan sangat dinantikan oleh
Allah.
Terlalu banyak
kesibukan yang membuat kita jauh dari Tuhan akhir-akhir ini. Dari kisah ini,
mari kita belajar memberi wkatu untuk kembali menyembah Allah kita yang besar.
Bagaimana ?