Kalau bisa milih,
kamu tipe pribadi yang ngimana sih? Yang cenderung cuek atau malah care (peduli,
red) banget sama orang lain? Jadi orang yang pedulian itu emang bisa bikin kita
serba salah. Dianggap ada maunya atau dianggap lebay. Tapi cuek juga tetap ada risikonya. Apalagi kalau dicuekin, duh sakitnya tuh ya.
Ini nih
satu kisah yang inspiring banget yang mungkin bisa ngingetin kita bagaimana harus bersikap.
Alkisah, sepasang
suami istri yang bekerja sebagai petani barus sampai di rumahnya dari pasar. Lalu
seekor tikus terus memperhatikan bawaan yang mereka bawa. Dia mikir mungkin aja itu adalah makanan dan itu bisa jadi kesempatannya untuk bisa makan enak.
Kemudian, diapun
membuka barang belanjaan itu dan sedikit kaget karna ternyata itu adalah perangkap
tikus. Dengan panik, si tikus pun segera pergi meninggalkan barang itu dan mulai mendatangi ayam di kandangnya dan menceritakan semua yang dia lihat.
“Ada
perangkap tikus. Ada perangkap tikus di sana.” Teriaknya. Dengan muka santai,
si ayam pun menjawab, “Tuan Tikus, aku turut bersedih, tapi itu nggak ngaruh sama aku.”
Merasa nggak
dipeduliin, sang tikus pun kemudian menemui seekor kambing. Lagi-lagi dia terus
berteriak memberitahukan apa yang dilihatnya. “Aku turut simpati, tapi nggak ada yang bisa aku lakukan,” kata si kambing sambil menggeleng-geleng kepalanya.
Merasa putus
asa sama si kambing, tikus lalu mendatangi sapi. Dia memberitahukan semua yang dia
lihat kepada sapi. Lagi-lagi, sang sapi pun menjawab dengan ketus. “Maafkan aku. Tapi perangkap tikus nggak berbahaya bagiku sama sekali.”
Satu per satu teman-temannya sama sekali nggak ada yang peduli dengan kepanikan si tikus. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk lari ke hutan. Di sana dia pun ketemu seekor ular. Saat menceritakan apa yang dia lihat, sang ular berkata, “Perangkap tikus kecil nggak bisa mencelakaiku tuan tikus.”
Akhirnya, dia
pun kembali ke rumah sepasang suami istri itu. Meskipun perasaannya bercampur aduk.
Di malam harinya,
pemilik rumah terbangun karna bunyi keras perangkap tikus yang mereka pasang. Itu
artinya ada yang terjebak di sana. Mengejutkannya, korban yang terjebak di sana bukanlah sang tikus yang ketakutan, melainkan seekor ular berbisa.
Menyadari dirinya
terperangkap, sang ular pun berusaha untuk lepas. Saat itulah, sang ular akhirnya menyerang sang istri pemilik rumah.
Gigitan ular
membuat sang istri harus dibawa ke rumah sakit. Setelah mendapat perawatan, istrinya
pun mulai membaik kecuali hanya merasa sedikit demam. Lalu beberapa hari
kemudian dia diminta untuk minum sop ceker ayam. Itu sebabnya, sang suami harus menyembelih seekor ayam peliharaan mereka.
Sayangnya,
penyakit sang istri masih belum kunjung sembuh. Sampai akhirnya seorang teman memintanya untuk makan hati kambing.
Demi kesembuhan
sang istri, dia pun rela menyembelih kambing peliharaannya dan mengambil
hatinya. Sayangnya, kondisi sang istri semakin memburuk dan nggak tertolong lagi. Istrinya pun meninggal dunia.
Di hari yang
penuh duka itu, banyak rekan dan keluarga yang datang untuk sekadar menguatkan dan
mengucapkan bela sungkawa. Sebagai rasa terima kasih, sang suamimu menyembelih sapinya dan memberi semua orang yang hadir makan.
Dari
kejauhan, sang Tikus hanya diam dalam kesedihan. Dia menyaksikan bagaimana teman-temannya satu per satu disembelih. Dia sedih karna ucapannya nggak didengarkan.
Sementara perangkap tikus itu nggak lagi dipakai.
Bahan Renungan
Orang-orang
percaya juga sering bersikap cuek sama seperti ayam, kambing, sapi dan ular. Kita
cuek atau nggak mau tahu sama firman Tuhan. Kita sering diingatkan lewat firman-Nya,
tapi kita sering abai dan nggak mau peduli. Sampai akhirnya kita jatuh
dalam dosa dan membuat kita menyesal dan kecewa. Sikap cuek semacam inilah yang
paling membahayakan kehidupan rohani kita.
Kalau kamu saat ini masih cuek sama hal-hal yang kecil sekalipun, renungkanlah kisah ini. Jangan sampai kamu menyesal dulu baru mau mendengar peringatan dari Tuhan.
“...karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Filipi 2: 2-3)