Delapan gereja
di Baghdad ditutup secara permanen sejak meningkatnya jumlah pengungsi Irak beberapa
tahun belakangan ini. Penutupan gereja yang kebanyakan merupakan gereja Katolik ini dimulai sejak awal tahun lalu.
Penurunan jumlah
jemaat gereja-gereja di Baghdad memang sudah terjadi sejak tujuh tahun terakhir.
Padahal sejak abad ke-21, jumlah umat Kristen di Irak telah mencapai 10 persen.
Namun sejak mencuatnya perang Irak di tahun 2003-2007, hampir sekitar 40 persen orang-orang Kristen akhirnya meninggalkan negara itu.
Lembaga Kristen
Internasional, sebuah lembaga pelayanan yang melayani kaum teraniaya, secara berkala
mencatat penurunan ini dan menemukan adanya tiga tahapan pengungsian besar-besaran
Kristen Irak. Pertama dimulai sejak tahun 2005-2007, lalu disusul pengungsian
besar-besaran saat penyerangan terhadap gereja oleh kelompok teroris pada tahun
2010. Yang ketiga terjadi sejak kehadiran kelompok teroris ISIS di Dataran Niniwe pada tahun 2014 silam.
Peristiwa ketika
terjadinya konflik sektarian antara kelompok Muslim Sunni dan Syiah saat pemindahan
mantan pimpinan teroris Saddam Husein, umat Kristen Irak bahkan menjadi sasaran kedua belah pihak.
“Pada awal tahun
2006, kami secara paksa meninggalkan rumah kami karena kami membawa sebuah amplop
yang berisi ancaman yang katanya, “Kalian harus pergi dalam waktu 48 jam, yang
harus kalian bawa adalah pakaian, kalau kedapatan membawa yang lainnya kami akan membunuh kalian.”ucap Seza, seorang pria asal Irak.
Sementara Sargo,
warga Irak lainnya, menyampaikan kalau di masa-masa konflik di Irak, menyaksikan
mayat-mayat bergelimpangan setiap hari adalah hal yang lazim terjadi setiap harinya.
“Anak laki-laki kami sering tidur di rumah teman atau kerabat mereka karena pada
tahun 2005, kalau sudah lewat dari pukul 6 sore, kemungkinan besar kamu akan dibunuh
saat mereka datang ke rumah atau kalau beruntung kamu bisa lolos jika menemukan
jalan yang diblokir. Sebuah gerbang pemeriksaan kelompok ISIS didirikan hanya sekitar 20 meter dari rumah kami pada Januari 2006,” ucap Sargon.
Ancaman-ancaman
brutal lainnya juga kerap mereka terima. Ada kalanya mereka menemukan alat
peledak dipasang di pintu rumah warga. Sering pula mereka menyaksika ledakan-ledakan terjadi tepat di depan mata mereka.
Peristiwa paling
mengerikan bagi warg Irak terjadi pada tahun 2010. Saat itu, enam anggota kelompok
ISIS menyerang Gereja Katolik Sayedat al-najat di Baghdad. Saat pasukan keamanan
Irak tiba, para pelaku akhirnya meledakkan diri di dalam gereja dan menyebabkan 58 orang tewas sementara sebagian lainnya luka-luka.
“Kami telah
kehilangan sebagian dari jiwa kami. Takdir kami, tak seorang pun yang mampu berkata-kata
soal itu,” terangnya.
Saat ini hampir
sebagian besar wilayah Irak memang dikuasai kelompok teroris ISIS. Wilayah-wilayah
itu bahkan kita telah banyak ditinggalkan oleh warga setempat. Banyak diantaranya
yang kemudian mengungsi ke negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Turki.